Blitar, HarianForum.com- Sidang ke 4 komite antar pemerintah tentang warisan budaya tak-benda di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab bahwa batik Indonesia akhirnya diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Unesco, salah satu badan Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB, karena batik diakui dan merupakan simbol budaya bangsa Indonesia.
Unesco secara resmi mengakui batik Indonesia dengan memasukkan batik Indonesia merupakan sebuah warisan budaya yang bernilai tinggi ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Di Jawa, batik adalah hasta karya yang memiliki nilai seni yang tinggi, dan batik telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak dahulu. Maka keterampilan untuk membatik atau membuat batik pada masa lampau, bagi perempuan di Jawa merupakan sebuah profesi atau pekerjaan yang mempunyai nilai status sosial yang tinggi.
Bahkan sampai sekarang membatik tetap disukai oleh para perempuan, salah satunya Eni Setyowati warga desa Tlogo, kecamatan Kanigoro kabupaten Blitar mulai tahun 2014 menyenangi dan menekuni pekerjaan yang mempunyai nilai seni dan merupakan warisan budaya bangsa.Djagadjowo yang mempunyai arti dunia jawa, sebuah nama yang disematkan pada batik hasil karyanya.
Mengawali perjalanan pengrajin batik , Eni sebelumnya adalah pengusaha jasa bordir. Dengan pergeseran waktu dan juga kemajuan tehnologi yang semakin canggih, perempuan yang tinggal di jalan raya serut ini akhirnya tidak berdaya menghadapi agresi persaingan mesin bordir yang menggunakan komputer, karena produksi bordir dari mesin bordir komputer lebih disukai konsumen.
Melihat prospek jasa bordir tidak lagi signifikan, Eni Setyowati akhirnya memulai dengan belajar membatik atau membuat kain batik. ”Awalnya kami mendatangkan guru batik dan belajar membatik dengan tetangga. Merasa senang dengan proses membatik, kamipun kemudian mengikuti pelatihan pelatihan membatik, baik yang diselenggarakan di kecamatan, maupun di propinsi. Bahkan dinas perdagangan dan dinas koperasi kabupaten Blitar memberi kami kesempatan untuk pelatihan membatik di Yogyakarta dan Solo,” tutur Eni.
Sanggar kerajinan batiknya, untuk pembuatan batik jenis cap mampu 200 lembar dan untuk batik jenis tulis kurang lebih bisa menyelesaikan 20 lembar setiap bulannya. Sedangkan hasil kerajinannya selain diminati oleh pembeli lokal, juga diminati oleh pembeli dari Jawa barat, bahkan peminat kain batik dari Padang Sumatera barat.
Ditanya masalah gambar atau corak batik, dirinya dalam memilih gambar selalu menampakkan simbol kearifan lokal seperti Ikan Mudjair, Kembang Kanigoro atau bunga matahari, Turonggo yang mevisualisasikan kesenian jaranan dan Jabal gading atau Bambu kuning. ”Gambar pada corak batik kami memang sengaja untuk mengangkat indentitas budaya Kanigoro dan sekitarnya, maka selalu ada gambar pada batik kami ikan Mujair, kembang Kanigoro, turonggo atau jaranan dan jabal gading,” jelasnya (Anis)