Blitar, HarianForum.com- Dengan mengikuti pelatihan, peserta tidak hanya akan memperoleh keterampilan untuk meningkatkan jumlah produksi, namun peserta juga bisa mendapatkan pengetahuan atau wawasan yang lebih baik. Asisten dosen Universitas Nahdatul Ulama Blitar ini menambahkan, sangat perlunya para pelaku industri kecil menengah mengikuti pelatihan untuk dijadikan sarana pendukung dalam upaya peningkatan kualitas hasil produksi.
“Melihat peserta yang ada, banyak yang belum mengetahui termasuk dalam prakteknya khususnya pada alur perijinan juga terkait masalah pembiayaan. Dengan adanya pelatihan seperti ini, peserta pelatihan diharapkan nantinya bisa meningkatkan mutu atau kualitas produk produknya. Menurut kami dalam praktek produksi terlihat masih sendiri sendiri, belum dilakukan bersama sama atau secara kolektif. Pada kondisi ini disperindag mungkin bisa mengkoordinasi, karena dalam melakukan usaha dengan sendiri sendiri itu susah, terutama masalah pengajuan untuk memperoleh pendanaan,” tutur Lestari Ningsih, SPt, MP kepada Harian Forum.com ditemui usai menyampaikan materi di hadapan para peserta Pelatihan Pengolahan Makanan dan Minuman Industri Agro, Kamis (24/06).

Pelatihan peningkatan kualitas makanan dan minuman yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Blitar, memiliki nilai strategis dalam upaya meningkatkan responsif pelaku industri kecil menengah yang berbasis sumber daya lokal, dengan harapan dapat meningkatkan ekonomi keluarga melalui penumbuhan daya wirausaha.
Agus Fathul Huda, salah satu peserta dari desa Kunir, kecamatan Wonodadi yang memproduksi teh dari sayuran yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik, sangat berharap dalam pelatihan bisa memperoleh dukungan kemudahan dalam pengurusan perijinan untuk usahanya.
“Saat ini pemasaran dan penjualan untuk sementara melalui komunitas hidroponik Blitar. Pernah mencoba untuk menjual produk teh sayur keluar kota dengan online dan mengirim melalui paket. Tetapi belum berani menjangkau yang lebih jauh, karena terkendala masalah perijinan yang belum ada, nanti takutnya dianggap yang macam macam. Yang menjadi kendala saat ini masalah tempat produksi yang tidak standart dengan PRT. Sebenarnya ada keinginan untuk mengajukan ijin tapi belum ada kemampuan. Mungkin dengan mengikuti pelatihan seperti sekarang ini, ada kemudahan memperoleh perijinan juga permodalan,” terangnya.

Lain lagi persoalan yang dihadapi Yayuk Ningsih, pelaku industri kecil menengah yang menekuni industri olahan makanan kripik pisang dan kripik gothe. Warga desa Pandanarum, kecamatan Sutojayan hingga saat ini masih kesulitan untuk memasarkan atau menjual produk olahannya secara signifikan.
“Saya memproduksi kripik pisang dan kripik gothe, bahannya diperoleh dari tetangga (petani.red) atau kadang dari hasil panen sendiri.Untuk produksi tidak tentu jumlahnya dalam setiap harinya, tergantung dari pesanan karena tidak ada yang memasarkan.Harapan saya nantinya kalau memproduksi banyak bisa dibantu untuk memasarkan,” ungkap Yayuk Ningsih mengaku untuk pemasarannya dibantu teman temanya dengan online.(Ans)