Seni Budaya

Warga Nganjuk Di Wisuda Sebagai Abdi Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat

571
×

Warga Nganjuk Di Wisuda Sebagai Abdi Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat

Sebarkan artikel ini

Surakarta, HarianForum.com- Hari yang bersejarah terjadi pada tanggal 19 Agustus 2020. Sebanyak 13 jiwa warga Nganjuk diwisuda sebagai abdi dalem karaton Surakarta Hadiningrat. Mereka dilantik secara resmi setelah mendapat Serat Kekancingan.

Pimpinan rombongan warga Nganjuk yang mendapat ganjaran pangkat dan sesebatan yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Sukoco Madunagoro berasal dari kelurahan Kedondong Bagor Nganjuk Jawa Timur. KRT Sukoco Madunagoro juga ditetapkan sebagai ketua Paguyuban Kawula Karaton Surakarta Hadiningrat atau PAKASA cabang Nganjuk.

Turut dilantik pula Kanjeng Mas Tumenggung Ida Sri Murtini Madunagoro, KRT Suwandi Nototonagoro. Mas Ngabehi Budi Joyowilogo, M Ng Wahyu Harjodiprojo, Nyi Behi Rahayu Puspo Raharjo, Nyi Behi Indarti Puspodiprojo, Nyi Behi Sekar Rukmi, Mas Ngabehi Sariyono Puspodiprojo, Mas Ngabehi Ari Hatmodiprojo, Mas Ngabehi Krisna Diprojo, Mas Ngabehi Hardono Karsidiprojo, Mas Ngabehi Condrodiprojo, Nyi Behi Nurul Sekar Arum.

Pembacaan serat Kekancingan dilakukan oleh pengageng Kartipraja, Kanjeng Pangeran Sangkoyo Mangkukusumo. Pengambilan sumpah dengan netepi gawa gawene Karaton ingkang badhe katindakaken. Semua peserta menirukan dengan ucapan nuwun kula dan sendika. Satu persatu wisudawan maju ke depan dengan sikap susila anuraga.

Serat Kekancingan diserahkan langsung oleh Dra GKR Wandansari Koes Moertiyah M.Pd. Beliau pangageng Sasana Wilapa dan Ketua Lembaga Dewan Adat Karaton Surakarta Hadiningrat. Kedudukan ini setara dengan perdana menteri atau lembaga eksekutif.

Sejak pukul 17.00 peserta wisuda sudah berdandan kejawen jangkep. Wisudan kakung berbusana beskap, iket blangkon, samir, radya laksana, bebedan jarik sidamukti, sabuk timang, setagen, beralas kaki slop, duwung ketis. Untuk wisudan putri mengenakan busana nyamping, kebaya hitam, sanggulan, nyampingan. Tampak anggun dan agung. Wajah mereka bersinar berseri – seri. Sumringah kadi soroting rembulan wanci purnama sidi.

Wisuda warga Nganjuk kali ini bersamaan dengan peserta dari Kabupaten Kediri, Jepara, Ponorogo. Dari Jepara 15 jiwa, warga Ponorogo 40 jiwa, Pakasa Kediri 20 jiwa. Pertemuan dalam acara wisuda ini sekaligus jadi ajang sambang sambung srawung tulung tinulung. Pada masa depan dapat diselenggarakan program antar PAKASA cabang. Dengan demikian warga PAKASA antar daerah selalu cancut taliwanda, berpartisipasi dalam pelestarian budaya adi luhung.

Acara wisuda dilakukan pada hari Rabu, 19 Agustus 2020 pukul 18.30 sampai 20.00. Dilanjutkan dengan wilujengan di Masjid Keagungan Dalem Karaton Surakarta Hadiningrat. Pendherek Wilujengan sebanyak 700 orang. Mereka utusan dari PAKASA Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri. Utusan PAKASA Solo Raya ini kerap disebut dengan akronim SUBO SUKO WONO SRATEN. tiap Karaton Surakarta Hadiningrat punya hajad, abdi dalem PAKASA ini senantiasa siap untuk sowan. Siaga ing hati, sawega ing dhiri.

Wilujengan dipimpin oleh KGPH Mangkubumi, putra Sinuwun Paku Buwana XIII. KGPH Mangkubumi adalah Pangeran Pati atau putra Mahkota yang berhak menggantikan tahta. Beliau memberi dhawuh kepada abdi dalem Ngulama, KRT Pujonagoro. Tahlil, Tahmid, takbir, tasbeh berkumandang ngebaki ing ngawang awang. Perpaduan doa cara Jawa Islam menjadi begitu harmoni. Jawa digawa, Arab digarap. Inilah bentuk akulturasi kebudayaan, dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Kukusing dupa kumelun, ngeningken tyas sang apekik, kawengku sagung jajahan, nanging sanget angikibi, Sang Resi Kaneka Putra, kang anjok saking wiyati.

Bau dupa harum semerbak wangi. Asap mengepul ke angkasa. Tanda panuwunan abdi dalem terkabul. Doa yang dipanjatkan terlihat khusuk. Kipas yang mengiringi lafal doa turut membangun suasana yang mistis magis, wingit, ngengreng, merbawani.

Uba rambe, sesaji, perlengkapan tata cara wilujengan sura dipersiapkan oleh abdi dalem Purwo Kinanthi. Mereka ahli dalam bidang sesaji, sesekaran, pusaka,minyak wangi, dupa, ratus. Abdi dalem gandarasa bekerja di dapur istana. Mirip dengan koki Kraton. Tentu saja tugas mereka berkaitan dengan upacara adat. Nyi Menggung Gandarasa menyediakan suguhan yang edi mirasa. Masakan mereka terasa enak nyamleng.

Makanan yang ditaruh di atas dampar wilujengan diberi doa. Dibagi rata untuk pendherek. Semua mendapat jatah satu takir. Dimakan dengan begitu lahap. Ada kepercayaan berkat yang didoakan membawa keberuntungan. Maka wadah sisa pun dibawa pulang, sebagai sarana tolak balak. Segala penyakit akan lenyap, semua hama akan sirna. Abdi dalem PAKASA percaya ritual ini sebagai penerapan ngelmu iku kelakone laku.

Barikan atau dhawuh spiritual dari pengageng Karaton Surakarta Hadiningrat. Selama bulan Sura warga abdi dalem dan penghayat kejawen mendapat nasihat, agar keluarga dan lingkungan hidup ayem tentrem. Karaton Surakarta Hadiningrat menganjurkan untuk Ngunjuk legen. Rumah dihiasi manggar janur kuning. Ini sarana agar jauh dari mara bahaya, widada nir ing sambikala. Harap diingat pesan GKR Wandansari kepada seluruh abdi dalem dan warga PAKASA agar, NGUNJUK LEGEN, GRIYA RINENGGA MANGGAR JANUR KUNING.

Tepat pukul 22.00 tata cara wisudan, wilujengan mahargya wulan Sura berjalan gancar lancar. Abdi dalem karaton Surakarta, Pangageng, sentana, Negari Kesatuan Republik Indonesia dan seisinya ginanjar suka basuki.

 

(Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *