“Mulai saat itu saya demen pada tanaman dan mulai menanam sengon. Pada tahun 1980 masa pemerintahan Soeharto, telah dicanangkan gerakan penanaman akasia. Saya pada tahun 1984 untuk lomba penghijauan swadaya mendapat juara I. Begitu juga pada perlombaan tingkat DAS Brantas Malang juga mendapat juara I. Untuk tingkat propinsi di era gubernurnya pak Wahono saya mendapat juara harapan I,” ujarnya.
Setelah mendapat beberapa juara pada perlombaan penanaman dan menggerakkan penyelamatan lingkungan, mulailah mbah Suwarni tergerak dan berinisiatif untuk menanam semua tanaman pohon kayu dan tanaman lainnya.
Sekarang tidak heran di sekitar gubuknya yang terletak di dusun Kedung Biru nampak menghijau karena telah dipenuhi tanaman yang sebagian besar merupakan tanaman herbal dan empon empon.
Tanaman empon-empon yang ditanam dan dibudidayakan mbah Suwari, sebenarnya tanaman yang mempunyai kandungan yang berguna untuk tubuh manusia.Empon empon dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh. Apabila seseorang memiliki sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang tinggi, maka orang tersebut tidak akan mudah terjangkit oleh virus termasuk COVID-19 atau virus corona. “Segala jenis atau hampir semua tanaman empon empon saya menanam dengan jenis lokal. Tapi untuk saat ini orang lebih banyak membutuhkan tanaman herbal seperti keci beling, keci batu, dan kumis kucing,” terang mbah Suwari ditemui di gubuk miliknya yang digunakan untuk aktivitasnya dalam pembibitan tanaman.
Mbah Suwari merupakan salah satu anak bangsa yang tetap konsisten dengan dunianya yaitu menjaga kelestarian alam hayati. Penghormatan, pujian atau pencitraan tidak dibutuhkan, yang dibutuhkan adalah kesadaran generasi penerusnya untuk lebih banyak mengerti manfaat tanaman maupun pohon agar terjadi keseimbangan ekosistem yang mampu membangun keharmonisan lingkungan. “Racake durung weruh kagunane alas merejani dahat ageng migunani,” mbah Suwari kembali melantunkan syair tembangnya.(Ans)