Galeri Bisnis

Menghadapi Ofensif Fast Food, Membangkitkan Kembali Kuliner Tradisional Getuk Goreng

486
×

Menghadapi Ofensif Fast Food, Membangkitkan Kembali Kuliner Tradisional Getuk Goreng

Sebarkan artikel ini

Nganjuk, HarianForum.com- Memilih ubi jalar sebagai bahan dasar olahan makanan berasal dari tanaman budidaya Ipomoea batatas atau dalam bahasa inggrisnya disebut sweet potato merupakan keputusan yang tidak keliru. Akar yang menjadi umbi pada tanaman tersebut selain mengandung karbohidrat yang tinggi juga terdapat kandungan sumber gizi positif lainnya.

Ketela pohon sebenarnya juga kaya akan karbohidrat dan sebagai sumber energi, akan tetapi sumber protein nabati yang dikandungnya sangat sedikit sekali, justru di dalam daun singkong terdapat kandungan asam amino metionin yang signifikan.

Tinggal di desa Demangan, kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Sringatin berupaya untuk membangkitkan kembali kejayaan kuliner tradisional getuk goreng, yang menggunakan bahan baku ubi jalar maupun ketela pohon yang saat ini nyaris terlupakan oleh para penyuka makanan atau jajanan terutama bagi anak muda.

”Melimpahnya ubi jalar dan ketela pohon yang ada di sekitar desa, sayang sekali kalau bahan makanan itu hanya dijual keluar desa dalam keadaan sebagai bahan baku atau barang mentah saja. Kami mengupayakan membuat makanan tradisional getuk goreng sebagai salah satu makanan favorit di Nganjuk,” jelas wanita tiga anak, yang mempunyai pengalaman membuat makanan atau jajanan tradisional.

Dipaparkan Sringatin bahwa makanan getuk atau sederetan olahan jajanan yang lain dengan berbahan ubi jalar maupun ketela pohon, sebijak mungkin harus segera diapresiasi dan dikembalikan keberadaannya terhadap agresi yang dilancarkan oleh makanan fast food atau makanan siap saji yang semakin hari tidak hanya populer saja namun sudah menjadi salah satu gaya sebagian para penikmat makanan terutama di kalangan anak muda.

Dengan melakukan modifikasi dalam pengolahan makanan, alumni fakultas pertanian Universitas Muhamadiyah Malang ini, merasa sangat yakin bahwa makanan yang berbahan dari sumber alam kearifan lokal tersebut nantinya bisa diterima dan digemari oleh masyarakat. ”Makanan getuk goreng, kami mencoba memodifikasi dengan buah, coklat atau rasa yang lainnya sesuai dengan tuntutan selera para konsumer makanan, terutama membidik untuk para kalangan anak muda kembali menyukai kuliner tradisional,” pungkasnya.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *