Galeri Bisnis

Faridatulatifa, Pengolah Umbi Beracun Menjadi Makanan Lezat

311
×

Faridatulatifa, Pengolah Umbi Beracun Menjadi Makanan Lezat

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Gadung sejenis umbi uwi uwian dan dikenal memiliki racun yang tidak bisa disepelekan. Daya racun pada tumbuhan Dioscorea Hispida ini mengandung zat alkaloid atau biasa disebut dioscorin, yang terkadang dimanfaatkan oleh petani sebagai pestisida atau untuk mengusir serangga tanaman atau bahkan juga digunakan pada mata panah untuk berburu binatang.

Meskipun jenis umbi tropis ini memiliki racun, tetapi juga memiliki kegunaan atau kemanfaatan yang tidak sedikit selain sebagai bahan makan, olahan makanan ringan, obat rheumatik, obat luka luar yang mengalami infeksi bahkan mampu menurunkan kadar kolestrol.

Mengolah umbi gadung menjadi makanan, salah satunya menjadi keripik gadung ternyata cukup sulit, karena racun yang terdapat dalam umbi harus dilepaskan. Kesulitan kesulitan dalam pengolahan keripik gadung, menyebabkan makanan ringan yang memiliki rasa gurih tersebut jarang ditemui.

Namun ditangan salah satu warga desa Selokajang, kecamatan Srengat, kabupaten Blitar, lain lagi. Hasil olahan umbi gadung bertahun tahun telah dirubah menjadi produk makanan yang cukup digemari.

“Sudah lama kami memproduksi keripik gadung. Tetapi sampai saat ini kami menjualnya masih dalam keadaan mentah saja, itupun lebih sering kalau pesanan. Sedangkan untuk menjual yang siap dikonsumsi, terus terang belum berani. Selain tidak mengerti bagaimana memasarkannya, persoalan harga serta kemasan yang menjadi kendala kami,” tutur Faridatulatifa pelaku usaha pengolahan kripik gadung menyampaikan kepada Harian Forum.com, Minggu (27/06)

Meski proses yang rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam mengolah keripik berbahan umbi gadung, harus dilakukan oleh Farida. Dirinya menjelaskan proses tersebut tidak hanya diperlukan ketelitian saja, namun juga dibutuhkan pengalaman agar keripik gadung aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping negatif atau menimbulkan keracunan.

“Awalnya gadung dikupas kulitnya hingga bersih, kemudian diiris tipis-tipis dan dilumuri abu dengan diremas-remas agar sedikit lunak. Setelah itu dijemur sampai kering, dan kalau sudah kering, direndam di air yang mengalir, terus dicuci dengan air bersih, baru direndam dalam air garam baru dijemur kembali sampai kering,” jelasnya.

Faridatulatifa, salah satu pelaku industri kecil menengah atau IKM mampu mengolah umbi gadung menjadi makanan yang banyak diminati oleh konsumen. Namun sayangnya skill yang dimilikinya tidak didukung dengan keberanian untuk memasarkan atau menjual dalam bentuk makanan yang bisa langsung dikonsumsi, tetapi hanya menjual sebatas barang mentah. Kekurang percayaan pada diri Farida cukup beralasan, selain belum mengetahui cara pemasaran juga Farida masih gamang dengan persoalan kemasan. Dirinya memiliki pemikiran bahwasanya kemasan
bukan hanya pembungkus produk, namun memiliki fungsi untuk menampung, melindungi, dan menjadi media promosi produknya.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *