Surakarta, HarianForum.com- Kegiatan adat Labuhan berlangsung di Pantai Parangkusumo. Pelaksanaan pada hari Ahad Kliwon, 18 Sura atau 6 September 2020.
Pendherek tata cara Labuhan mengenakan busana Kejawen jangkep. Pendherek kakung menggunakan Beskap, nyamping, blangkon, samir, sabuk timang, slop. Pendherek putri sanggulan dan kebaya. Tampak gemerlapan anggun dan agung.
Sejak pukul 9 pagi, penghayat kejawen bersiap untuk melakukan meditasi di pantai selatan. Dalam pandangan kejawen laut selatan dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul atau Kanjeng Ratu Kencono Sari. Istana Ratu pantai selatan disebut Soko Domas Bale Kencono.
Kraton Soko Domas Bale Kencono terbuat dari emas intan berlian yang berkilauan.
Sesaji lengkap berupa ketan biru, dodot parang, melati rinonce menjadi persembahan buat Kanjeng Ratu Kidul. Pengiring Kanjeng Ratu Kidul bernama Nyi Roro Kidul, yang berbusana ijo lembayung.
Pernikahan Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan raja Mataram tahun 1584. Turun tumurun para raja Mataram menjadi Kanjeng Ratu Kidul. Itu perjanjian luhur yang harus ditaati dan dihormati, agar tanah Jawa ayem tentrem.
Pangarsa tata cara Labuhan adalah KPH Wiroyudo. Sehari hari menjabat sebagai ketua MATRA, Masyarakat Adat Nusantara. Kali ini diikuti oleh 250 warga. Dengan semangat menggali kearifan lokal, demi memperkokoh kepribadian bangsa.
Menurut KRT Ciptodiprojo Labuhan kali bertujuan memperoleh suasana tenang damai. Masyarakat Indonesia semakin gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta Raharja.
Arak arakan yang membawa sesaji dikawal bregada penghayat. Songsong gilap payung agung menuju Cempuri Parangkusumo sejak pukul 12.30. Ki Ageng Menoreh memimpin doa dengan lafal Jawa Arab. Tokoh Menoreh berbusana ala Wali Sanga. Juga dilakukan pembacaan kidung mantra Sakti. Bertujuan untuk menolak balak. Dunia kembali aman bahagia lahir batin.
Sesaji dan uba rampe segera dilarung ke tengah samudra. Terlebih dulu ayam jago mengawali Labuhan. Ki Ageng Menoreh memimpin jalannya upacara Labuhan di pantai selatan.
Kukuse dupa kumelun. Ngeningken tyas sang apekik. Kawengku sagung jajahan. Nanging sanget angikibi. Sang Resi Kanekaputra. Kang anjog saking wiyati.
Midering rat angelangut. Lelana njajah negari. Mubeng tepining samudra. Sumengka angganing wukir. Anelasak wana wasa. Tumuruning jurang terbis.
(Dr. Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)