Blitar, HarianForum.com – Disampaikan tim ahli sejarah dan budaya dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto, Jawa Timur bahwasanya peninggalan Joko Tarub yang berada di desa Pandanarum, kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar bahan yang digunakan dari batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras atau dikenal dengan batu andesit. Beberapa ribu tahun sebelumnya atau zaman batu besar hasil eksplorasi para peneliti sejarah banyak menemukan batu andesit yang digunakan untuk bangunan candi dan piramida. Tidak hanya bangunan, batu andesit juga bisa dibentuk menjadi arca, punden berundak, meja batu, lumpang batu dan lainnya. Hingga saat ini batu andesit masih dimaanfatkan untuk ornamen, peralatan rumah tangga, bahkan tidak jarang digunakan pondasi bangunan. Sedangkan dalam ekosistem alam, batuan andesit mampu melindungi dari panas bumi, dan sebagai penyedia mineral alami.
Nurmala salah satu personil tim BPCB Mojokerto, menjelaskan kepada Harian Forum.com, benda yang dinamakan oleh masyarakat sekitar Joko Tarub, yang berada di perbukitan Banjarsari menunjukkan adanya jejak hasil karya manusia, artinya bukan benda alam yang ditambah maupun dikurangi dengan tehnologi. Namun Mala mengungkapkan benda berbahan batu andesit tersebut belum bisa menunjukkan sebuah arca apa secara pasti. “Awalnya kita meninjau apakah benar keberadaan berita yang kita dapatkan dari himpunan mahasiswa cendekiawan yang bersurat di kantor kami, bahwa disitu terdapat arca Joko Tarub. Setelah meninjau langsung di lapangan, kalau saya lihat bahannya dari batu andesit, sedangkan bentuknya belum sempurna kalau dikatakan sebuah arca. Memang ada sisa pekerjaan manusia dari bekas pahatan yang dibawahnya. Kemudian dari permukaan ada semacam tonjolan tonjolan, sedangkan pada bagian belakang rata. Untuk saat ini saya belum menyimpulkan itu apa, tapi itu bentuk hasil pengerjaan manusia atau bentukan manusia.Untuk saat ini di sekitar, kita belum menemukan benda benda yang mempunyai hubungan dengan peninggalan tersebut”, jelas aerkolog alumni Universitas Udayana Bali.(26/7)
Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto yang didampingi penggiat lingkungan Pandanarum Tandur atau Pandur, telah melakukan penyisiran di sekitar lokasi Joko Tarub untuk mencari benda benda yang dapat digunakan sebagai petunjuk indentitas peninggalan tersebut, namun belum memperoleh hasil karena rumput disekitar peninggalan setinggi 1 meter sehingga menyulitkan pencarian.
Pada waktu dengan lokasi yang sama, Pamong Budaya Pertama Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto, Tommy Raditya Dahana, menuturkan keberadaan benda peninggalan Joko Tarub, dengan
berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, Tomy membuat kesimpulan tidak berbeda dengan rekannya Nurmala. “Ya hampir sama kesimpulan saya, memang ada indikasi benda tersebut pekerjaan yang dilakukan oleh manusia, dengan melihat bekas bekas pahatan. Tetapi untuk saat ini saya belum bisa menyimpulkan peninggalan tersebut bentuknya apa, karena hasil pekerjaan tersebut tidak sampai finish atau dikerjakan tidak sampai selesai, sehingga kami belum bisa melihat bentuk secara rinci bahwa peninggalan tersebut arca apa”, tutur ketua tim peneliti menyampaikan setelah menyusuri serta mengamati sumber air yang berada disekitar peninggalan Joko Tarub.(Ans)