Ekonomi

Ngasak, Ternyata Masih Menjadi Pekerjaan Salah Satu Warga Kota Blitar

371
×

Ngasak, Ternyata Masih Menjadi Pekerjaan Salah Satu Warga Kota Blitar

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Sore diujung akhir bulan dan tahun, alam menampakan haru kelabu. Mendung menggantung, gumpalan awan semakin menghitam disertai butir butir air yang jatuh bergantian dari langit. Namun ada yang menarik diantara pemandangan abu abu, nampak dari jauh ditengah lahan persawahan yang selesai dipanen, seorang perempuan terkadang terlihat membungkuk mengambil sesuatu.

Melihat pemandangan yang menarik, saya beranjak dan turun ditanah yang berlumpur, ingin melihat dari dekat apa yang dikerjakan perempuan ditengah sawah sendirian. Caping yang terbuat dari anyaman bambu tampak basah, namun air hujan yang mulai menyiram dengan lembut tidak menyurutkannya meskipun dengan perlahan menyisir lahan, mencari kacang tanah yang masih tersisa dari bekas panen.

Langkah perempuan itu sedikit terseok karena kakinya telah tertancap tanah lumpur. Namun kedua tangannya masih cekatan, memungut kacang tanah yang bersembunyi dibalik tanaman yang sudah mulai mengering. Satu persatu kacang tanah diambil, dan dimasukan kedalam kaleng plastik bekas cat tembok yang diletakkan tidak jauh disampingnya.

Perempuan yang mengaku tinggal di kelurahan Bendo, kecamatan Kepanjen Kidul, kota Blitar melanjutkan kembali memilih dan memilah kacang tanah yang layak dibawa pulang. “Pendamelan kulo saben ndinten nggih ngaten niki, luru nopo sing saged dipendet,” tuturnya sambil menyeka wajahnya dari cipratan lumpur dengan kain bajunya. (31/12/20)

Saya mulai membuka dialog kecil sambil mengamati aktivitas yang dilakukannya. Pada saat saya menyinggung tentang adanya bantuan pada masa pandemi covid – 19 dari pemerintah. Perempuan menyebut namanya, menjawab pertanyaan saya dan namanya sengaja tidak saya tulis untuk menjaga pribadinya, telah mengungkapkan selama ini tidak pernah mendapat bantuan berupa uang tunai.Namun diakui dirinya telah menerima bantuan bahan makan berupa beras. “kulo mboten nate angsal bantuan arto, bantuanipun beras saking pak modin PKH, inggih pak kulo sabar,” terangnya singkat dengan suara agak parau.

Mendapat jawaban tersebut, saya tidak mau berspekulasi sangkaan kepada siapapun, karena saya tidak begitu paham dengan program maupun tehnis secara detail tentang mekanisme penyaluran bantuan sosial kepada yang berhak, baik sebelum atau pada masa pandemi covid – 19. Namun dengan mendengar apa yang disampaikan salah satu warga kota Blitar, mendorong saya untuk lebih mempelajarinya, bantuan apa yang seharusnya diberikan dan siapa yang berhak untuk menerimanya.

Setelah berbincang, dan sebelum saya berkenan untuk pamit, dengan suara yang semakin parau saya di doakan kesehatan dan kelancaran saya dalam menjalankan aktivitas serta mengucapkan asalamualaikum. Mungkin kejadian yang tidak saya sangka bisa bertemu dengan perempuan tegar yang telah ditinggal suaminya menghadap Illahi beberapa tahun lalu, merupakan kado terbaik dari Tuhan untuk diri saya menjelang pergantian tahun. Atau mungkin juga saya telah diingatkan untuk tidak terbawa arus euforia, tetap berdiri di luar sistem kekuasaan dan berhadapan dengan perilaku yang menyimpang. Terima kasih Tuhan kado indahnya untuk saya.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *