Uncategorized

Kecakapan Pemuda Menghadapi Teknologi Informasi, Penangkal Degradasi Identitas Anak Bangsa

279
×

Kecakapan Pemuda Menghadapi Teknologi Informasi, Penangkal Degradasi Identitas Anak Bangsa

Sebarkan artikel ini

Blitar, Harian Forum.com – Memiliki fungsi penting dalam kehidupan masyarakat, bahasa tidak hanya berperan sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai refleksi diri. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang digunakan oleh manusia. Disampaikan oleh Arif Kurniawan, S.Sos., politisi Partai Kebangkitan Bangsa Kota Blitar, dengan merujuk semangat Sumpah Pemuda 2024, di mana dalam sumpah tersebut pemuda Indonesia menyatakan salah satunya mengokohkan bahasa sebagai alat penyatu bangsa. Arif melihat bahwa dengan semakin kuatnya arus teknologi, pemuda harus mampu memposisikan diri sebagai agen perubahan yang memiliki karakter, pengetahuan, keterampilan, serta patriotisme.

Menurutnya, memasuki era 5.0 yang ditandai dengan kemajuan pesat teknologi informasi dalam pencarian dan penyebaran informasi serta interaksi sosial secara cepat dengan dukungan sistem jaringan internet, generasi milenial dan generasi Z sangat dekat serta paham dengan perkembangan teknologi. Namun, Arif menyayangkan apabila kemampuan tersebut tidak dibarengi dengan tumbuhnya mentalitas yang tangguh dalam menghadapi persoalan serta etos kerja yang tinggi. Ia berharap generasi milenial dan generasi Z tidak menjadi korban kemajuan teknologi informasi, dengan berpikir matang serta bersikap bijaksana.

“Perkembangan teknologi adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Generasi milenial dan generasi Z sangat paham teknologi dan mampu beradaptasi dengan pengetahuan maupun keterampilan yang mereka miliki. Akan tetapi, sangat disayangkan jika mentalitas dan etos kerja mereka rapuh,” ungkapnya.

Media sosial merupakan platform digital yang dapat digunakan dalam aktivitas sosial untuk memudahkan dan mempercepat komunikasi serta kinerja. Namun sebaliknya, media sosial juga berpotensi membentuk sikap individualis, sering kali menjadi sarana penyebaran informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau misinformasi, serta menumbuhkan sikap egois yang menjadi ancaman sosial di masyarakat.

Kebebasan menggunakan media sosial untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat, tidak serta-merta membebaskan pengguna untuk melakukannya tanpa diimbangi etika. Arif Kurniawan menandaskan bahwa generasi muda yang berpikiran cerdas memanfaatkan akses internet dengan tepat, biasanya untuk meningkatkan kualitas diri sebagai generasi penerus dan agen perubahan. Begitu pula dalam menerima informasi dari media sosial maupun portal berita online yang tersebar cepat, generasi milenial dan generasi Z yang memiliki integritas tinggi tidak akan tergesa-gesa atau gegabah dalam menerima informasi, melainkan akan menelaah kebenarannya terlebih dahulu dengan menguji fakta, data, serta sumber berita lain yang relevan.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa Kota Blitar yang pernah mengajukan diri sebagai bakal calon wakil bupati Blitar ini menuturkan bahwa generasi muda sebagai pewaris bangsa harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju dan kemudahan akses informasi hingga ke berbagai belahan dunia dikhawatirkan akan membuat generasi muda tenggelam dan terbawa pengaruh budaya luar, meninggalkan tradisi-tradisi yang ada, yang dapat menyebabkan krisis nasionalisme. Semakin hilangnya rasa memiliki dan mencintai budaya bangsa sendiri, ancaman terhadap ketahanan bangsa semakin nyata.

Tidak hanya itu, Arif mengemukakan bahwa generasi muda sebisa mungkin tetap memegang agama sebagai penjaga moral dan etika di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat. Menurutnya, agama memiliki peran kuat dalam mengembangkan karakter generasi muda, agar memiliki rasa empati, keberanian, disiplin, serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berintegritas, dan bermoral.

“Treatment terbaik untuk generasi muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z, adalah sesi-sesi pembelajaran yang bersifat aplikatif serta pembekalan ideologi dan nilai-nilai keagamaan. Namun demikian, penyampaian pemahaman harus dilakukan dengan metode yang sesuai dengan gaya dan pola mereka,” pungkas Arif Kurniawan. (Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *