Pertanian

Imam Ahmadi, Petani Organik Memperoleh Motivasi Tetapi Tanpa Bantuan Pemerintah

571
×

Imam Ahmadi, Petani Organik Memperoleh Motivasi Tetapi Tanpa Bantuan Pemerintah

Sebarkan artikel ini
Imam Ahmadi , pembudidaya pertanian pangan organik

Blitar, HarianForum.com –  Perbincangan di gubuk yang berada ditengah lahan jagung miliknya, Imam Ahmadi menceritakan perjalanannya mengolah lahan yang rutin ditanami padi atau jagung. Kepada Harian Forum.com, warga dusun Gendong, desa Purworejo, kecamatan Sanankulon, kabupaten Blitar menyampaikan penerapan pengolahan tanah, penananan, pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan dengan organik yang dimulai tahun 2015. Mengawali budidaya tanaman pangan baik padi maupun jagung, termotivasi untuk memanfaatkan pupuk alami yang diperoleh sendiri dari kandang ternaknya.

Memiliki ternak, sama dengan mempunyai pabrik pupuk. Kotoran hewan yang dimanfaatkan serta diolah digunakan sebagai pupuk dasar, memiliki banyak manfaat tidak hanya pada tanaman, namun juga lingkungan sekitar terutama memperbaiki struktur tanah dan penyediaan unsur hara tanah.
Imam menambahkan, memanfaatkan kotoran hewan yang melimpah dikandangnya untuk pupuk tanaman, merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara hewan yang dipelihara dengan tanaman yang dibudidayakan saat ini. “Awalnya saya melihat banyaknya limbah kotoran dari kandang sapi maupun kambing. Saya berfikir kalau dimanfaatkan untuk pertanian, bagi saya keduanya saling menguntungkan. Kotoran hewan untuk menyuburkan tanaman sedangkan pohon jagungnya nanti menjadi pakan ternak.Selain itu menggunakan bahan bahan organik, saya sekarang tidak lagi ada masalah dengan kelangkaan maupun mahalnya harga pupuk kimia. Sedangkan berhitung nilai ekonomi, sejelek jeleknya hasil panen organik lebih menguntungkan, karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk”, jelasnya.

Tidak hanya jagung yang ditanam, membudidayakan tanaman pangan, Iman juga telah berhasil memanen padi yang menghasilkan selain beras putih juga beras merah yang sempat menembus pasar Papua.
Namun untuk mengembangkan atau membudidayakan beras hitam, hingga saat ini diakuinya masih kesulitan. Dalam pengendalian organisme penyakit tanaman atau OPT, dirinya menggunakan agen hayati yang diproduksi sendiri. Menjalankan sistem alami mulai dari pemupukan sampai pengendalian penyakit tanaman, beras yang dihasilkan dan diolah menjadi nasi memiliki keunggulan nasi terasa lebih pulen, volumenya lebih banyak dibandingkan dengan beras non organik serta nasi tidak mudah basi.

Dibutuhkan kesabaran yang tinggi, karena diawal pertumbuhan tanaman tersebut dalam produksi memang terkesan lamban dan hasilnya dirasa tidak menguntungkan bila dihitung dengan waktu. Namun secara bertahap akan diperoleh hasil produksinya semakin lama semakin naik, lahan dan tanaman semakin subur dan untuk tanam selanjutnya membutuhkan sedikit biaya.

Disinggung responsif dari pemerintah setempat dengan motivasi atau bantuan terkait budidaya pertanian tanaman pangan menggunakan sistem organik, Imam Ahmadi mengungkapkan dengan tegas tidak pernah ada bantuan, diakuinya semuanya dilakukan dengan sumber yang dimiliki sendiri atau swadaya. “Selama ini saya melakukan dengan mandiri. Sedangkan dari pemerintah memang ada motivasi, tetapi tidak ada bantuan atau mungkin belum ada bantuan”, ungkap Imam Ahmadi dengan tertawa.( Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *