Kesehatan

Anak Ruh Mbah Surono Danu Yang Liar, Membongkar Sejarah Asap Cair

485
×

Anak Ruh Mbah Surono Danu Yang Liar, Membongkar Sejarah Asap Cair

Sebarkan artikel ini

Situbondo, HarianForum.com- Hampir tak ada jeda, tamu tamu yang membutuhkan asap cair datang ke kediamannya di Mimbaan, kecamatan Panji, kabupaten Situbondo, Jawa Timur terus silih berganti. Tamu yang datang tidak hanya dari Situbondo dan sekitarnya, namun pada siang hari, HarianForum.com bertemu dengan tamu yang bermaksud bertemu dengan Irsan Surya Imana dari Sidoarjo dan Jombang.

Sepiring kue, secangkir kopi yang dihidangkan ditambah suasana keakraban petani, anak liar mbah Surono Danu ini mulai mengkisahkan kepada HarianForum.com tentang sejarah asap cair yang ditemukan oleh Ir Surono Danu, petani juga ilmuwan tanaman yang berjasa di balik penemuan bibit padi unggul, dan sekarang lebih dikenal dengan nama MSP atau Mari Sejahterakan Petani yang mempunyai keistimewaan bisa tahan terhadap apapun kondisi lingkungannya serta tahan terhadap serangan penyakit dan hama.

Meskipun sering terhenti dengan deringan telepon yang menanyakan ketersediaan asap cair, Irsan Surya Imana tetap melanjutkan ceritanya tentang asap cair dengan bahan baku tempurung kelapa yang saat digunakan untuk pengobatan. Diceriterakan sebenarnya sudah sejak dahulu tehnologi pengolahan dari bahan baku tempurung kelapa yang terdapat disekitar telah digunakan oleh para leluhur bangsa Indonesia dengan berbagai kemanfaatan serta kegunaan.

Inspirasi dari tungku masak di dapur rumah asap cair awalnya digunakan sebagai pengawet bibit tanaman padi, kemudian setelah diteliti dan dikembangkan menjadi pengawet makanan, pembasmi hama tanaman, melindungi hewan dari serangan penyakit.

Sekarang ditangan anak anak Ir Surono Danu pendiri Mari Sejahterakan Petani Indonesia, asap cair mulai dibudayakan untuk dikonsumsi manusia bahkan salah satu cara untuk menangkal infeksi yang ditimbulkan oleh virus corona.

“Vaksin dari luar negeri belum tentu cocok dengan DNA orang Indonesia. Kalau kita mau mengingat bahwa para leluhur kita dahulu sebelum adanya vaksin sehat sehat saja, tidak diimunisasi juga tetap sehat. Berarti para leluhur kita sudah mengerti cara me imun tubuhnya sendiri. Namun sekarang ini kita telah salah berkiblat farmasi, kalau nggak kiblat ke barat seperti amerika atau eropa sepertinya tidak bertehnologi tinggi. Kalau bijaknya tehnologi tinggi dari barat ilmunya yang kita serap, namun dasar pemikirannya yang tidak perlu harus ikut ikutan dengan bangsa lain,” tuturnya.

Disinggung HarianForum.com selama ini realitanya kebanyakan pandangan masyarakat, bahwa tehonologi pada medis dari bangsa lain terutama dari Amerika maupun Eropa lebih diyakini bisa menyelesaikan masalah penyakit dan pengobatan. Dirinya tidak menampik kenyataan yang ada dan memang telah terjadi seperti itu.

Pengurus DPP Mari Sejahterakan Petani Indonesia ini mengakui kondisi tersebut menjadi wabah yang menjangkiti kebanyakan masyarakat. Bahkan sebagian besar pandangan masyarakat apabila ada profesor, doktor atau dokter kalau lulus dari luar negeri dan balik ke Indonesia sudah dianggap paling pintar.

Dijelaskan Irsan Surya Imana, sebenarnya Indonesia punya cara sendiri, akan tetapi potensi yang ada tidak pernah diekplorasi oleh sebagian besar ahli bangsa Indonesia, meskipun ada yang diekplorasi tetapi jumlahnya sangat sedikit dan itupun tidak nampak di publik. “Karena banyak para ahli sudah berkiblat ke barat, menurut pemikiran saya, sebenarnya kalau para ahli bangsa kita mau mengekplorasi potensi potensi yang ada di Indonesia, saya yakin akan bisa mengubah sebaliknya, para ahli dari barat akan berkiblat pada kita. Dalam masalah ini mungkin kita lemah dalam tehnologi, namun semua itu sebenarnya bisa dipelajari. Seperti asap cair, dulu benih padi disimpan di para para, sedangkan dibawahnya terdapat tungku masak. Benih bisa bertahan sampai bertahun tahun, dan pada saat ditanam bisa tumbuh. Sekarang para para itu tidak ada, karena semuanya menggunakan gas. Maka disentuhlah dengan sedikit tehnologi bagaimana asap dari tungku dirubah menjadi asap cair. Dan asap dari tungku bisa diolah yang berubah menjadi cairan, pengawetan benih benih padi bisa dilakukan dengan cara disemprot dengan asap cair. Kesimpulannya saya bahwa senyawa senyawa yang terkandung pada asap cair itu sama ketika ada ditungku, dan proses semua itu hanya butuh pemikiran saja,” jelas Irsan….Bersambung.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *