Surabaya, HarianForum.com- Sebagaimana informasi diungkap R. Tri Harsono (Forum Jatim Peduli/Forjip) melalui media mengenai salah satu sosok tokoh yang didorong banyak para tokoh Mojokerto diunggulkan menang jika mau maju Calon Bupati Mojokerto, Gus Haji Mas Sulthon (Gus Ton), dan Mulyono WD yang konon belum pas menjadi Cabup tetapi cukup Cawabup, menjadikan banyak pihak penasaran dengan sosok Gus Ton yang enggan dicalonkan menjadi Calon Bupati tersebut. Di sisi lain, pertimbangan dari berbagai pihak diperlukan Cabup alternatif diluar yang selama ini telah beredar.
Apalagi mengingat para Cabup yang telah banyak beredar tersebut rawan tergelincir jadi tersangka KPK akibat efek kasus Bupati Mojokerto (saat itu) Mustofa Kamal Pasa. Apalagi dalam tahun 2020 ini saja, tim penyidik KPK sudah lima (5) kali datang ke Mojokerto, mulai Januari hingga Mei (5 Mei 2020), untuk memeriksa siapapun yang berbau tersangkut kasus MKP. Bom waktu yang siap meledak.
“Beberapa waktu lalu sama-sama kita ketahui sempat diberitakan di berbagai media mengenai langkah-langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK, red.) yang memeriksa banyak keluarga mantan Bupati MKP dan begitu banyak pejabat di Mojokerto, termasuk yang akan maju Cabup dan memiliki potensi untuk tergelincir menjadi tersangka,” ungkap R. Tri Harsono yang salah satu saudaranya juga menjadi salah satu pejabat penting di KPK.
Lantas siapakah sosok tokoh Gus Haji Mas Sulthon (Gus Ton)? Gus Haji Mas Sulthon merupakan sosok low profile yang lebih banyak berbuat riil secara diam-diam, bukan pencitraan, lebih-lebih untuk rakyat kecil.
Dari informasi yang ditelisik R. Tri Harsono melalui sumber-sumber orang-orang dekat Gus Ton, kenapa Gus Ton tidak mau dijadikan Calon Bupati Mojokerto 2020, di antara alasan karena Gus Ton memiliki berbagai bisnis di luar negeri yang tidak mungkin ditinggalkan seperti di Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), Australia, Guangzhou (Republik Rakyat China/RRC, red.).
Bahkan sebenarnya sejak sekitar enam tahun lalu Gus Ton telah dilamar berbagai pihak untuk maju dalam sejumlah Pilbup, termasuk pada enam tahun lalu dilamar menjadi Calon Wakil Bupati, juga dilamar untuk dicalonkan menjadi Calon Anggota Legislatif DPR RI namun Gus Ton enggan.
“Enam tahun lalu Gus Ton sudah mulai dilamar untuk menjadi Caleg DPR RI, juga Cawabup tapi Gus Ton enggan, sambil guyonan bercanda, kalau jadi Bupati atau Wakil Bupati, ndak bisa keliling ke Singapur, ke Kualalumpur, ke Australia, ke Guangzhou, trus bagaimana bisnisnya? Dan ndak bisa nyambangi isteri-isteri yang ada di sana-sana karena Gus Ton banyak istri,” ungkap sumber orang dekat Gus Ton.
Selain itu yang lebih penting lagi menurut sumber tersebut, bahwa ada pesan dari Kyai Sepuh-nya yang paling ditakuti Gus Ton. Pesan yang disampaikan Kyai Sepuh pada tahun 1986 itu agar Gus Ton tidak ikut politik.
Bahkan pada tahun 1986 itu pula, pada masa Presiden Soeharto, kyai sepuh-nya Gus Ton telah memprediksi bahwa pada suatu saat Pemilihan Bupati/Walikota, Pemilihan Gubernur maupun Pemilihan Presiden itu akan dilakukan seperti Pemilihan Lurah (Pemilihan Kepala Desa/Pilkades) yang berarti dipilih secara langsung oleh rakyat, alias one person one vote, atau satu orang satu suara.
Menurut sumber orang dekat Gus Ton, prediksi salah satu kyai sepuh-nya Gus Ton tersebut ternyata terbukti, dimana setelah Reformasi (setelah tahun 1998), pemilihan-pemilihan dilakukan secara langsung, one person one vote. Gus Ton pun kian paling takut jika melanggar pesan yang disampaikan kyai sepuh tersebut, sehingga tidak ikut politik.
Dan pesan kyai sepuh adalah bahwa Gus Ton akan jadi kyai dan pengusaha besar, yang hal itupun telah terbukti saat ini, Gus Ton menjadi kyai dan memiliki harta berlimpah sebagai pengusaha besar yang sering keliling ke berbagai negara termasuk Singapura, Malaysia, RRC, Australia dan lain-lain.(Kurnia)