Brebes, HarianForum.com – Masyarakat Kabupaten Brebes telah terdampak paparan pestisida, hal tersebut karena penggunaan pastisida untuk pertanian dianggap sudah berlebihan.
Akibat hal tersebut, bebepara penyakit mulai bermunculan di masyarakat karena dampak pestisida, seperti hipotiroidisme (saat ibu hamil atau masa pertumbuhan), berat bayi lahir cacat, lahir cacat hingga autisme.
Efek bahaya pertisida bagi kesehatan masyarakat Brebes jika tidak ditangani dengan cepat akan berdampak kepada generasi yang akan datang, bahkan saat ini dampak tersebut sudah terasa. Hal itu yang disampaikan dr. Rudi Pangarsami Utami Kabid Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes.
Selain itu, dr. Rudi menerangkan bahwa residu organoklirin di Kabupaten Brebes sangatlah tinggi. “Ada aldrin, endosulfan, diaziron, heptakor, Dieldrin, BPMC, MIPC fention, karbofuran, diazinon, klotpirifos yang digunakan untuk obat pertanian.” Terangnya.
Dikatakan oleh Sodikin Kabid Holtikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes bahwa masalah pastisidan di Brebes sudah diambang bata. Sementara untuk menggiring petani beralih ke sistem pertanian sangat sulit.
“Karena kandungan tanah, saluran air dan residu pestisida yang dalam kandungan tanah masih ada, bahkan residu itu tidak bisa hilang dalam waktu 10 tahun, melainkan dalam waktu 100 tahun. Selain itu, petani di Brebes tidak menghiraukan pola penyemprotan di lahan pertanian saat penggunaan pestisida.” Ungkap Solikin.
Solikin juga menjelaskan bahwa Pemkab Brebes bersama Bank Indonesia sdah melakukan upaya mengurangi residu dengan cara mengumpulkan botol bekas obat pertanian dari para petani pada tahun 1998.
Jutaan botol berhasil dikumpulkan, yang dihimpun dari persawahan. Para petani membuang sembarangan botor obat tersebut dan menyisakan residu sebagai masalah lingkungan. Meski demikian, cara tersebut masih belum efektif. (Rad/Tgl/Frm)