Berita

Langkah Kades Serang Dwi Handoko Meluaskan Pengabdiannya Dari Desa Menuju Kabupaten Blitar

217
×

Langkah Kades Serang Dwi Handoko Meluaskan Pengabdiannya Dari Desa Menuju Kabupaten Blitar

Sebarkan artikel ini

Blitar, Harian Forum.com – Meluaskan pengabdian dari desa untuk Kabupaten Blitar, didasari dengan niat yang besar bisa berbuat yang lebih baik bagi kemajuan Kabupaten Blitar, merupakan dasar pemikiran Dwi Handoko yang berhasil memimpin Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar dengan berbagai inovasi pembangunan yang dilakukan selama kepemimpinannya. Seabreg prestasi yang dimiliki salah satunya penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021, Kepala Desa dua periode ini akan membawa dan menerapkan pengalamannya ke ruang kepemimpinan yang lebih luas lagi, yang mana Dwi Handoko telah menyerahkan formulir penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah ke kantor DPC PDI Perjuangan, sebagai bentuk keseriusannya maju mencalonkan diri menjadi Wakil Bupati Blitar melalui PDI Perjuangan Kabupaten Blitar.

Dalam penyampaian pada acara diskusi (22/6), kader PDI Perjuangan menuturkan bahwa dirinya lahir, tumbuh dan berkarya di desa Serang, merupakan desa yang berada di wilayah Kabupaten Blitar selatan, Dwi Handoko menguatkan niatnya maju sebagai Bakal Calon Wakil Bupati Blitar, dikarenakan melihat potensi besar di Blitar selatan yang harus dimanfaatkan, dikelola serta dikembangkan secepat mungkin untuk menjadi sumber pendapatan desa maupun pendapatan asli daerah Kabupaten Blitar, dimana dampaknya bisa mempengaruhi peningkatan ekonomi kesejahteraan masyarakat.

“Potensi – potensi sumber daya alam di Blitar selatan besar sekali salah satunya kepariwisataan, ini harus menjadi kemauan pemda untuk bisa memanfaatkan, mengelola dan mengembangkan selain menjadi sumber PAD desa juga untuk PAD pemerintah kabupaten Blitar, dan dipastikan dampaknya tentunya untuk kesejahteraan masyarakat. Namun semua butuh kebijakan dari pemda, yang saya rasa sampai hari ini belum ada kebijakan yang menyentuh sampai ke akar masalah. Kebijakan harus didasari dengan rencana pengelolaan potensi kepariwisataan di Blitar selatan, terutama destinasi wisata pantai – pantai harus ada grand design atau juga masterplan untuk tourism, untuk pemberdayaan masyarakat, atau untuk investasi dan yang lainnya, harus benar – benar ditata hingga seterusnya dilakukan kolaborasi dengan semua stakeholder yang ada,” tuturnya.

Menyampaikan kepada Dwi Handoko kader militan Banteng Mberang Kidul, bahwasanya Blitar selatan saat ini kepariwisataan menjadi sektor unggulan yang berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah baik untuk pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten, disamping wilayah Blitar selatan juga memiliki sumber daya alam pertambangan, kedepannya bisa dimanfaatkan dan dikelola untuk peningkatan ekonomi, namun diperlukan perencanaan dan pelaksanaan yang teliti dan kecermatan serta pemantauan jangka panjang. Harian Forum.com, menanyakan rencana yang bakal dilakukan terhadap pengembangan pertanian di wilayah Blitar selatan, dimana terdapat luas lahan 51.557 hektar dengan klasifikasi lahan sawah seluas 4.396 hektar, dan bukan lahan sawah terdapat 47.161 hektar.Sedangkan di wilayah Blitar selatan dengan 7 kecamatan, sebagian besar usaha pertanian memanfaatkan hujan sebagai sumber air atau pertanian tadah hujan.

Dwi Handoko mengakui, wilayah Blitar selatan untuk pertanian merupakan pertanian tadah hujan, meskipun ada lahan pertanian di tiga desa bukan tadah hujan. Namun sebagian besar bahkan hingga 70 persen di 7 Kecamatan merupakan pertanian tadah hujan. Ditandaskan, harus ada inovasi dan kreativitas serta alih tehnologi pertanian, dengan membangun kolaborasi yang baik antara pelaku pertanian, pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha pertanian yang berupaya mengubah pertanian yang selama ini dilakukan secara konvensional menjadi pertanian yang dijalankan inovasi dengan adaptif terhadap perkembangan tehnologi pertanian yang ada.

“Nantinya harus diakukan kolaborasi antara petani, pemerintah daerah, akademisi dan pihak lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan pertanian untuk merubah sistem pertanian yang selama ini konvensional menjadi pertanian yang adaptif terhadap perkembangan tehnologi pertanian yang ada. Bisa dilihat semakin hari kesuburan tanah semakin menurun, kemungkinan kondisi tersebut terjadi karena penggunaan pupuk kimia yang sudah berlebihan. Semua menjadi perhatian serius hingga diperlukan satu kebijakan, bagaimana pertanian di Blitar selatan kondisinya pertanian tadah hujan bisa menjadi pertanian produktif. Dan sangat perlunya regenerasi petani yang menjadi program prioritas untuk menyikapi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan ribuan lahan pertanian yang ada, nantinya anak – anak kita gen Z benar – benar bisa melanjutkan pertanian,” tandas Dwi Handoko.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *