Galeri Bisnis

Berbahan Karpet Talang, Suparto Lestarikan Kerajinan Wayang

303
×

Berbahan Karpet Talang, Suparto Lestarikan Kerajinan Wayang

Sebarkan artikel ini
Suparto Pengrajin Wayang Berbahan Karpet Talang (Sumber : Dtk)

Jombang, HarianForum.com – Kesenian wayang kulit kini mulai ditinggalkan masyarakat. Pertunjukan wayang kulit juga muncul hanya di waktu-waktu tertentu, seperti bulan Sura. Namun, masih ada tangan-tangan terampil yang konsisten melestarikan warisan nenek moyang masyarakat Jawa ini, dia adalah Suparto.

Di usianya yang menginjak angka 72 tahun, dia masih terlihat piawai membuat aneka tokoh pewayangan. Berbeda dengan wayang kulit pada umumnya, wayang buatan Suparto menggunakan bahan karpet talang.

“Awalnya saya perbaiki rumah saya, ada bekas karpet talang daripada dibuang saya bikin wayang.” Ungkap Suparto, Senin (6/11/17).

Sebelum menjadi pengrajin wayang karpet, Suparto sempat menjadi tukang tambal ban. Namun, kondisi fisiknya yang kian renta membuatnya beralih profesi. Kini rumahnya di Desa Sukodadi, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang disulap jadi bengkel kerja.

Berbekal ketrampilan dan kegemarannya membuat wayang kulit sejak duduk di bangku SD (dulu sekolah rakyat/SR), dia mencoba berinovasi. Menurut dia, karpet talang lebih awet jika dibandingkan kulit sapi atau kerbau.

“Bahan karpet talang tidak mudah rusak. Kalau bahan kulit untuk pajangan, lama kelamaan akan rusak karena keropos.” Ujarnya.

Di tangan Suparto, karpet talang yang biasa untuk menahan air di atap rumah, disulap menjadi wayang bernilai tinggi. Tak jarang dia memanfaatkan karpet bekas untuk membuat karyanya.

Kendati begitu, wayang buatan Suparto tak kalah indah jika dibandingkan dengan wayang kulit pada umumnya. Dia pun mahir membuat aneka tokoh pewayangan.

Mulai dari tokoh Pandawa Lima yang terdiri dari Yudhistira atau Puntadewa, Bima atau Brotoseno, Arjuna atau Permadi, Nakula dan Sadewa, hingga tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong dan Togog.

“Harganya kalau tokoh Pandawa Lima 300 sampai 500 ribu, kalau bentuk Buto sampai 600 ribu karena ukurannya lebih besar.” Terangnya.

Suparto berharap, ada generasi milenial yang tertarik untuk belajar membuat wayang kulit. Di sisi lain, dirinya juga berharap pemerintah peduli untuk melestarikan kesenian wayang agar tak semakin terkikis.

“Harus ada generasi penerus yang mau menekuni kerajinan dan kesenian ini.” Tandasnya. (Dtk/Frm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *