Blitar, HarianForum.com- Menggunakan canting yang diisi dengan cairan malam terlebih dahulu dan digoreskan diatas kain dengan daya seni serta ketelitian, akan menghasilkan kain batik. Warisan leluhur bangsa yang mempunyai nilai karya seni tinggi ini, telah diakui sebagai warisan budaya tak benda bangsa Indonesia dengan pengukuhan atas Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO pada 2 Oktober 2009.
Diperoleh dari beberapa sumber, bahwa seni batik di Nusantara telah dikenal pada zaman kerajaan Majapahit, dan kemudian dikembangkan oleh raja raja sampai pada masa kerajaan Mataram, hingga Solo dan Yogyakarta, hingga sampai saat ini. Namun seni karya batik ternyata juga juga dimiliki oleh Srilangka, India, Thailand, Jepang, Malaysia maupun Afrika.
Hasil karya anak bangsa, telah melahirkan pesona.Batik tidak hanya dikenal oleh masyarakat domestik, namun batik Nusantara juga terkenal di manca negara. Tidak sedikit figur publik Internasional yang tampil dan terlihat menggunakan batik pada saat acara tertentu.
Dikutip dari Entiqa.com, jauh sebelum diresmikan hari batik, Jenderal Soeharto pada saat menjabat presiden RI ke 2, rajin memperkenalkan batik Indonesia kepada para kepala negara seluruh dunia. Salah satu pemimpin negara yang berkenan dengan batik pada saat itu Gough Whitliam, seorang perdana menteri Australia. Gough menerima hadiah dari presiden Soeharto berupa kemeja batik lengan panjang pada saat mengunjungi Candi Borobudur pada tahun 1974. Perdana menteri Australia ke 21 tersebut, mengenakan kembali pada saat kepulangannya ke Australia.
Begitu juga presiden Amerika Serikat ke 44, Barrack Obama pernah menarik perhatian publik dunia, pada saat menggunakan kemeja batik, di acara Voices of Peace tahun 2011 yang diselenggatakan di Bali. Tidak hanya Gough Whitliam dan Barack Obama yang minat akan batik Indonesia, figur publik dunia Carlos Santana musisi asal Spanyol, Bill Gates bos microsoft, Emerson Mnangagwa mantan presiden Zimbawe, presiden Rusia Vladimir Putin dan publik figur dunia lainnya juga memiliki ketertarikan mengenakan batik Indonesia.
Mengikuti waktu, dengan seiring kemajuan tehnologi, pembuatan batik tidak lagi hanya menggunakan canting, tetapi dengan daya kreasi dan modifikasi anak bangsa, batik bisa dikerjakan dengan tehnik celup ikat, printing, cap dan colet.
Di Blitar, Jawa Timur pembuatan batik terus dikembangkan meski dalam pengerjaannya membuat kain batik tidak menggunakan dengan tehnik canting, celup ikat, printing, cap maupun colet. Salah satu komunitas pelaku kerajinan tangan dan jahit Blitar raya atau Kertajaya bersama 20 anggotanya, memanfaatkan waktu pertemuan rutinnya di Griya Sabrina, desa Tlogo, kecamatan Kanigoro untuk mengadakan pembuatan kain batik. Namun pembuatan kain batik tersebut menggunakan tehnik ciprat, pembuatan batik hasil dari karya seni pengrajin batik dari desa Resapombo kecamatan Doko kabupaten Blitar.
Ekawati Nugroho, koordinator komunitas Kertajaya mengungkapkan alasannya membuat batik ciprat pada acara tersebut. Diungkapkan Eka, dengan batik hasil karya sendiri nantinya digunakan untuk seragam komunitas pada acara pertemuan rutin. “Membuat batik ciprat yang paling diuntungkan adalah efisiensi waktu dibandingkan membuat batik dengan canting, selain itu membuat batik ciprat tidak membutuhkan ketelitian. Membuat batik ciprat lebih menghemat biaya produksi,” ungkap warga desa Gogodeso, kecamatan Kanigoro kepada HarianForum.com (20/12).
Sementara Fatmawati, anggota komunitas Kertajaya sangat tertarik dengan pembuatan batik ciprat. Warga kelurahan Sananwetan, kecamatan Sananwetan, kota Blitar menyampaikan, dalam pembuatan batik tidak harus tertekan mengikuti motif gambar, namun pembuatan dilakukan dengan bebas sesuai keinginan. “Teman teman Kertajaya pada bulan Maret tahun depan nanti atau melihat kondisi, rencananya akan mengadakan acara pameran kain batik ciprat dengan menggelar peragaan busana untuk kerja, dengan kain batik ciprat,” jelas pemilik Safa Jahitan.(Ans)