Blitar, HarianForum.com- Gurat raut wajah sedih tidak bisa disembunyikan seorang ayah yang telah kehilangan buah hatinya, ujian yang diberikan oleh Sang Pencipta harus diterimanya dengan penuh keikhlasan, walaupun semua itu terasa pahit dan memilukan.
Didik Haryanto yang tinggal di RT 2 RW 4 Desa Tlogo Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar rela melepas kepergian putri sulungnya Dian Fitri Novitasari untuk kembali kehadirat Illahi pada hari Rabu (30/01/19) sekitar pukul 02.00 wib dini hari.
Remaja putri 13 tahun, akhirnya menyerah dan meninggal dunia di RSUD dr. Iskak Tulungagung karena ganasnya virus dengue yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes Albopictus yang menyebabkan terjadinya penyakit menular demam berdarah dengue atau DBD.
Walaupun masih diliputi suasana duka yang mendalam, Didik masih mampu menceriterakan awal sampai akhir yang dialaminya. Tepat seminggu, Dian Fitri Novitasari mengalami demam yang tinggi. Melihat kondisi putrinya, Didik membawanya ke seorang bidan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah melakukan diagnosa oleh bidan, Didik diberi arahan untuk menunggu perkembangan gejala tersebut selama dua hari. Setelah dua hari tidak nampak tanda perubahan yang signifikan, akhirnya Dian dibawa ke rumah sakit Medika.
Sempat mendapat perawatan di rumah sakit yang berlokasi di Kanigoro, namun oleh pihak rumah sakit Medika, Didik Hariyanto disarankan membawa putrinya pindah ke rumah sakit Aminah yang berlokasi di kota Blitar. Akan tetapi perihal yang sama terjadi seperti sebelumnya, pada hari Selasa (29/01/19) sekitar pukul 15.00 wib, Dian Fitri Novitasari dibawa ke RSUD dr. Iskak Tulungagung.
”Pukul 1 siang anak saya suhu badannya panas, khawatir dengan suhu badan anaknya yang tidak turun, sekitar pukul 5 sore saya membawa anak saya ke bidan. Oleh bidan disarankan menunggu 2 hari dengan melihat perkembangan. Karena tidak ada perkembangan, pada hari Jumat saya membawanya ke rumah sakit Medika Kanigoro. Setelah dirawat di Medika oleh pihak rumah sakit saya disuruh membawa anak saya untuk dirawat di rumah sakit Aminah. Kemudian pada hari selasa pukul 3 sore, pihak rumah sakit Aminah meminta anak saya untuk dibawa ke rumah sakit dr. Iskak Tulungagung, dan pukul 2 malam anak saya meninggal dunia,” jelas Didik Hariyanto dengan mata berkaca kaca.
Meninggalnya Dian Fitri Novitasari membuat ayah dua anak ini sangat terguncang, dirinya sangat menyesalkan lambatnya tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit. Didik harus menjalani proses yang sulit dan melelahkan untuk bisa menyelamatkan putri sulungnya.
Disamping itu biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pengobatan bukan jumlah yang sedikit. ”Lambatnya tindakan rumah sakit yang sangat saya sesalkan, beberapa kali anak saya harus berpindah – pindah rumah sakit, sudah puluhan juta harus saya keluarkan untuk biaya perawatan rumah sakit dan membeli obat, dengan harapan nyawa anak saya dapat diselamatkan,” tuturnya dengan berpesan semoga pengalaman melelahkan untuk dirinya saja dan tidak dirasakan orang lain.
Demam berdarah dengau akhirnya memakan korban lagi di kaupaten Blitar. Sebelum meninggalnya Dian Fitri Novitasari, demam berdarah juga telah merenggut nyawa warga di Kecamatan Sanankulon, Kademangan dan Talun.
Ibrohim Rohman warga Desa Karangsono, Kecamatan Kanigoro , menyikapi momok menjangkitnya demam berdarah. Menurut Ibra pemerintah seharusnya lebih sensitif dan aktif dalam mengantisipasi menjangkitnya penyakit menular demam berdarah.
Pada musim penghujan dan pancaroba, pemerintah dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait, melakukan tindakan preventif tidak hanya melakukan sosialisasi bahaya penyakit tersebut, akan tetapi menurutnya juga melakukan tindakan aktif dengan melakukan pengasapan atau fooging agar nyamuk yang akan berkembang dapat dicegah dan korban penyakit demam berdarah dapat diminimalisir.
”Pemerintah seharusnya melakukan tindakan aktif dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengan melakukan fooging agar nyamuk yang akan berkembang bisa diberantas dan bisa meminimalisir atau tidak adanya korban demam berdarah lagi,” tukasnya. (Anis)