Serba-serbi

Tidak Pernah Lelah Melintas Sungai Brantas

196
×

Tidak Pernah Lelah Melintas Sungai Brantas

Sebarkan artikel ini
Tadim sang nahkoda perahu tambang Mochamad Leas.

Tulungagung, HarianForum.com- Lelaki itu menarik tambang besar yang terbentang dari ujung ke ujung tepi sungai. Tangan yang kekar namun lincah memainkan tali tambang secara teratur kadang sejenak berhenti hingga nantinya sampai di dermaga kecil. Perahu tambang seakan akan tidak pernah berhenti melintas dan memecah arus sungai terpanjang kedua di pulau Jawa setelah sungai Bengawan Solo.

Lelaki tangguh itu bernama Rubangi, warga desa Sambirobyong, kecamatan Sumbergempol, kabupaten Tulungagung. Setiap hari dirinya setia dan selalu ada diatas perahu, kecuali ada urusan yang benar benar penting menurutnya. Dengan senyum ramahnya, Rubangi selalu sigap untuk mengantar para penumpangnya melintas air deras sungai brantas

Perahu tambang sudah mulai merapat dan bersandar di dermaga yang dibuat dari kayu dan bambu, sembari menunggu penumpang, dirinya mulai menceritakan kisah Mochamad Leas nama perahu warisan dari kakek buyutnya. Walaupun telah berusia 60 lebih, namun Rubangi tidak ingat tahun berapa perahu Mochamad Leas memulai beropearasi, akan tetapi dirinya ingat bahwa pertama kali yang menjadi nahkoda perahu itu adalah kakek buyutnya.

Alasan kakek buyutnya dahulu untuk membuat perahu, karena melihat dan merasakan kesulitan warga bila mempunyai keperluan dengan desa lain di seberang sungai, harus menempuh jarak yang jauh karena jalannya memutar. Padahal kalau dengan menyeberang sungai hanya berjarak 200 meter.

”Mbah buyut dulu, kalau ada warga Sambirobyong mau ke desa Pakel harus memutar jalan, karena yang ada jembatannya di desa Ngantru jaraknya sekitar 5 kilometer dari desa sini. Padahal jarak dua desa itu hanya sekitar 200 meter namun terhalang sungai. Dan mbah buyut akhirnya membuat perahu dari kayu dan sesek bambu dengan mengandalkan tali tambang,” ceritanya.

Perahunya sampai sekarang masih dibutuhkan para pelanggannya, meski jumlah yang membutuhkan jasa penyeberangan terasa mulai berkurang. Pasalnya berkurangnya penumpang yang menggunakan jasanya, karena jembatan baru yang menghubungkan Desa Pucunglor, Kecamatan Ngantru dengan Desa Dukur, Kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung sudah bisa digunakan. Dioperasikannya jembatan Ngujang 2, sepanjang 220 meter tersebut, dan dalam pembangunannya menghabiskan Rp. 35,5 Milyar dengan menggunakan dana APBN tahun anggaran 2018, tidak menghentikan Mochamad Leas, melayani penumpanngnya.

”Dengan dibukanya jembatan baru, pelanggan yang menggunakan jasa tambangan memang berkurang, tapi tidak ada masalah, karena urusan rejeki sudah ada yang mengatur, dan tidak nggak ada perubahan penyeberangan, penyeberangan tetap seperti biasa dan kami tetap beroperasi melayani penumpang yang akan menyeberang,” ujar Tadim generasi penerus Rubangi, yang baru menggantikan tugas ayahnya

Tadim merasa senang dengan pekerjaanyaanya, selain tidak terlalu banyak tuntutan dari konsumen, baginya perahu tambang dan sungai brantas adalah kawan menyenangkan. Namun ada kalanya mengeluh, yang pasti pada saat air sungai surut dan biasa pada musim kemarau, karena perahu yang ditariknya terasa berat.

”Kalau dangkal menarik perahu terasa sangat berat, harapan kami mungkin dari Dishub Propinsi bisa membantu melakukan pengerukan sungai lebih dalam agar dalam menarik perahu, tidak merasa berat,” tutur Tadim.(Anis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *