A. Asal Usul Nama Jombang, yaitu bejone wong seneng Nyumbang.
Jombang memiliki makna filosofis yang sangat bagus dan luhur. Kata Jombang bermakna bejone wong seneng nyumbang. Kata bejo berarti keuntungan, nyumbang berarti bersedekah, donatur, menyumbang, memberi, menolong, darma bakti, mengabdi. Jombang dapat diartikan sebagai masyarakat yang selalu beruntung karena gemar menyumbangkan tenaga, pikiran dan harta buat kemajuan bersama. Nama Jombang ini diberikan oleh Raden Wijaya pada tanggal 21 Oktober 1293.
Berdirinya kerajaan Majapahit sebetulnya pada awal mula berada di daerah Jombang. Raden Wijaya membangun istana kraton Majapahit melalui proses panjang. Rencana pembangunan istana dilakukan di beberapa pesanggrahan. Pengadaan kayu dilakukan di daerah Mojojejer. Pembuatan denah istana digarap di daerah Mojowarno. Rapat para pembesar Majapahit berada di daerah Mojotengah. Mandor dan tukang bangunan berkumpul di daerah Mojongapit. Ibu-ibu yang mengurusi logistik konsumsi dan makanan berada di daerah Mojokuripan.
Pesanggrahan Raden Wijaya dan pejabat Majapahit berpusat di daerah Mojoagung. Bersama dengan istri-istrinya, Raden Wijaya menempati rumah dinas yang berlokasi di Mojoagung timur tahun 1293 – 1295. Ratu Tribhuwanaswari, Gayatri Rajapatni, Indraswari Dara Petak, Indraswari Dara Jingga, Pradnyaparamita dan Narendraduhita tinggal di Mojoagung dalam rangka melancarkan pembangunan utama Majapahit di Trowulan.
Raden Wijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana adalah seorang raja bijak bestari, narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil paramarta, ber budi bawa leksana, memayu hayuning bawana. Beliau berlaku adil terhadap istri-istrinya. Pada tanggal 10 – 12 Oktober 1293 diselenggarakan gotong royong patirtan, dengan mengambil tempat di daerah aliran sungai.
Ratu Tribhuwaneswari memimpin gotong royong patirtan di Kali Brantas. Beliau diikuti oleh warga dari daerah Bandar Kedungmulyo, Perak, Jogoroto, Gudo, Peterongan, Diwek, Megaluh. Ratu Gayatri Rajapatni bertugas di patirtan Kali Konto. Beliau diikuti oleh warga dari daerah Ngoro, Tembelang, Mojowarno. Ratu Indreswari Dara Petak bertugas di patirtan Kali Jurangjero. Beliau diikuti oleh warga dari daerah Kudu, Bareng, Kesamben.
Kegiatan gotong royong diikuti segenap lapisan masyarakat. Ratu Indreswari Dara Jingga bertugas di patirtan Kali Ngretak. Beliau diikuti oleh warga dari daerah Wonosalam, Ploso, Mojoagung. Ratu Pradnya Paramita bertugas di patirtan Kali Marmoyo. Beliau diikuti warga dari daerah Kabuh, Sumobito, Plandaan, Ngusikan. Ratu Narendraduhita bertugas di patirtan Kali Widas. Beliau diikuti oleh warga dari daerah Balunggebang, Patianrowo, Kertosono.
Program gotong royong patirtan berlangsung gancar lancar, ayu hayu rahayu, nir bita nir baya, nir sambikala. Rakyat bersatu padu bergembira ria mendukung para bangsawan Majapahit. Para ratu yang menjadi pendamping Raden Wijaya amat luhur budi pekerti. Para istri putri tetunggule widodari. Penampilan mereka menjadi panutan, patuladan, pengayom, pengayem bagi seluruh rakyat yang tinggal di kawasan desa ing ngadesa, gunung ing ngagunung, kutha ing ngakutha. Lagu gugur gunung Laras pelog pathet barang.
Ayo kanca ayo kanca
Ngayahi pakarya praja
Kono kene kono kene
Gotong royong nyambut gawe
Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane
Lila lan legawa kanggo mulyane negara.
Siji loro telu papat
Bareng maju papat papat
Diulang ulungake murih enggal rampunge
Holobis kontul baris
Holobis kontul baris
Holobis kontul baris
Holobis kontul baris
Dewan pertimbangan kerajaan Majapahit bersidang pada tanggal 16 Oktober 1293. Para sesepuh Majapahit menganjurkan agar kegiatan gotong royong patirtan dilestarikan. Hasil rapat menganjurkan agar daerah ini diberi nama yang abadi, sebagai bentuk penghormatan. Raden Wijaya yang didampingi Adipati Ranggalawe, Adipati Wiraraja, Adipati Mangkubumi dan Pangeran Jayanegara merasa amat gembira. Pada tanggal 21 Oktober diadakan peresmian nama Jombang.
Upacara diselenggarakan dengan tumpengan. Malam harinya digelar pentas seni rakyat dan pasar malam. Siang hari dipentaskan jathilan, jaranan, barongan, reyog. Malam hari dipentaskan seni ludruk, kethoprak, wayang wong dan wayang kulit. Suasana meriah sekali.
Sejak itu Jombang semakin terkenal di seluruh dunia. Jombang, bejone wong seneng nyumbang. Nama yang pas, cocok, sesuai dengan karakter masyarakat. Kenyataannya Jombang adalah kabupaten yang subur makmur. Wajar sekali berdiri pondok pesantren Tambak Beras. Lembaga pendidikan Islam yang mendukung program ketahanan pangan. Pondok pesantren Tambak Beras secara spiritual, cocok dengan ungkapan negara gemah ripah loh jinawi.
Adanya pondok pesantren Tebu Ireng merupakan kiblat kawruh agama di Tanah Jawa. Tebu iku antebing kalbu. Orang mencari ilmu mesti bertekat kuat untuk memperoleh pengetahuan. Sebagai bekal kesempurnaan hidup di dunia sampai akhirat. Agama ageming aji, bahwa beragama itu akan mendapat derajat yang mulia. Oleh karena seseorang perlu menuntut ilmu. Berdirilah pondok pesantren Darul Ulum, sebagai bangunan rumah yang mbabar dan membentangkan ilmu pengetahuan. Pondok pesantren Tambak Beras, Darul Ulum dan Tebu Ireng menjadi pewaris ajaran Kanjeng Nabi.
B. Peran Masyarakat Jombang dalam Lintasan Sejarah Besar
Daerah Mojoagung Jombang selalu mendapat perhatian utama dari para raja Majapahit. Prabu Jayanegara pada tahun 1310 menyelenggarakan sarasehan budaya dan wilujengan. Diikuti segenap pejabat Majapahit. Prabu Tri Buana Tungga Dewi yang memerintah Majapahit tahun 1328 – 1350 tiap tahun selalu melakukan upacara sarada di Mojogagung untuk napak tilas sejarah. Demikian Prabu Hayamwuruk yang memerintah kerajaan Majapahit tahun 1350 – 1386. Daerah Mojoagung Jombang betul-betul anggun dan agung.
Sejak tahun 1482 wilayah Jombang dibina oleh kraton Demak Bintara. Sultan Trenggana atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Mahmud Rosyid Sirullah II melakukan kunjungan ke wilayah Bang Wetan. Beliau datang dengan diiringi Kanjeng Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Maulana Malik Ibrahim. Dewan Wali Sanga itu rapat metode Dakwah Islamiyah di Kadipaten Surabaya.
Kanjeng Sunan Bonang mendapat tugas untuk menyiarkan agama Islam di sepanjang aliran sungai Brantas. Kanjeng Sunan Kalijaga hadir di daerah Kedung Cinet pojok klethik Plandaan selama lima hari. Kemudian datang di daerah Tretes Galengdowo Wonosalam. Dilanjutkan meditasi di Gua Segolo-golo Panglungan Wonosalam. Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui jalur kebudayaan.
Gamelan dibuat Sunan Bonang dengan suara merdu. Terbuat dari gangsa, yaitu campuran tiga nikel dan sedasa perunggu. Gangsa berwarna kebiru-biruan, bila ditabuh berkumandang nyaring. Penabuhnya bernama wiyaga atau tukang mengheningkan cipta. Wiyaga adalah pengrawit gamelan yang berlau seperti orang bersemedi. Tenang, halus, sopan dan penuh tata krama. Waranggana adalah pesinden yang melantunkan gendhing. Wara berarti wanita, anggana berarti indah, elok, bagus. Waranggana bertugas untuk melantunkan gendhing yang indah.
Pagelaran wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga mengandung unsur tontonan, tuntunan dan tatanan. Wulangan wejangan dan wedharan menjadi kunci keberhasilan pentas wayang purwa. Lakonnya Jimat Kalimasada, yang berarti dua kalimat syahadat. Pentas wayang purwa dengan lakon Jimat Kalimasada bertujuan untuk dakwah Islamiyah secara kultural. Agama Arab digarap budaya Jawa tetep digawa.
Pada tahun 1546 wilayah Jombang dibina oleh kasultanan Pajang. Rajanya bernama Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Beliau mengutus putranya Pangeran Benawa untuk turut serta melakukan dakwah Islamiyah. Pangeran Benawa memang ahli agama yang kerap datang ke Jawa bagian timur. Wilayah Bang Wetan memiliki karakter khas dalam kehidupan beragama. Mereka gemar membaca syair puji-pujian.
Perhatian kerajaan Mataram sangat tinggi pada jaman pemerintahan Kanjeng Sinuwun Amangkurat Amral. Beliau memerintah tahun 1677 – 1703. Nama kecilnya Gusti Raden Mas Rahmat. Tinggal di kabupaten Surabaya bersama Pangeran Pekik dan Ratu Pandhansari. Beliau mempunyai kebun kelengkeng di Jombang. Setelah menjadi raja Mataram, Raden Rahmat tetap senang berkebun kelengkeng di Jombang. Sinuwun Amangkurat Amral senang tinggal di Jombang, karena nostalgia masa muda. Kegiatan berkebun kelengkeng ini terus berlanjut pada masa pemerintahan sinuwun Amangkurat Mas.
Kraton Surakarta Hadiningrat pernah mengadakan kunjungan ke Jombang pada tahun 1746. Sinuwun Paku Buwono II beserta Kanjeng Ratu Mas datang di Mojoagung untuk mengadakan pelatihan batik. Program ini dilaksanakan sambil, pulang ke Lamongan. Maklum Kanjeng Ratu Mas adalah putri Bupati Lamongan, Kanjeng Adipati Condrokusumo atau Pangeran Purboyo. Garwa prameswari yang berasal dari Lamongan ini punya jaringan kerja di daerah Mojoagung Jombang.
Pembangunan pabrik gula Tjoekir dilakukan pada jaman pemerintahan Sinuwun Paku Buwono IX. Pabrik gula Tjoekir Jombang dibangun pada tahun 1884. Kanan kiri dibangun perumahan pejabat perkebunan yang megah dan mewah. Rel kereta api atau lori menghubungkan penghasil tebu. Rakyat Jombang mendapat keuntungan berlimpah ruah. Lapangan kerja terbuka luas. Industri jasa berjalan lancar. Angkutan, warung makanan laris manis. Pabrik gula Tjoekir mendatangkan suasana makmur bagi rakyat.
Sinuwun Paku Buwono X mendirikan pabrik gula Jombang Baru tahun 1895. Raja Surakarta Hadiningrat ini mendapat julukan Sinuwun Ingkang Minulya Saha Ingkang Wicaksana. Pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X ini Jombang mendapat status kabupaten otonom. Pada tanggal 21 Oktober 1910 Sinuwun Paku Buwono X menetapkan berdirinya kabupaten Jombang. Surat keputusan diserahkan oleh patih Sosrodiningrat IV. Sedangkan pejabat Bupati diserahkan kepada Raden Tumenggung Adipati Surodiningrat.
Pada tanggal 21 Oktober 1910 merupakan hari bersejarah bagi kabupaten Jombang. Sinuwun Paku Buwana X berjasa besar. Beliau bersedia memberi biaya yang besar buat terselenggaranya roda pemerintahan kabupaten Jombang. Patih Sosrodiningrat memberi bimbingan kepada Adipati Surodiningrat beserta pegawai kabupaten Jombang. Rakyat Jombang merasa mendapat anugerah besar. Kabupaten Jombang ginanjar derajat pangkat semat.
C. Daftar Bupati Jombang yang Luhur ing budi
1. Adipati Suroadiningrat 1910 – 1930
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
2. Adipati Secodiningrat 1930 – 1946
Dilantik pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana X, raja kraton Surakarta Hadiningrat.
3. R. Budiman Raharjo 1946 – 1949
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
4. R. Mustajab Sumowidagdo 1949 – 1950
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
5. R. Istajab Cokrokusumo 1950 – 1956
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
6. Subyakto 1956 – 1958
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
7. Sudarsono 1958 – 1962
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
8. Hasan Wiryokusumo 1962 – 1966
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
9. Ismail 1966 – 1973
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
10. Sudirman Mertoadikusumo 1973 – 1978
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
11. Achmad Hudan Dardiri 1978 – 1983
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
12. Nurul Kusmen 1983 – 1988
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
13. Tarmin Hariadi 1988 – 1993
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
14. Suwoto Adiwibowo 1993 – 1998
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
15. Afandi 1998 – 2003
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
16. Suyanto 2003 – 2013
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati.
17. Nyono Suharli Wihandoko 2013 – 2018
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
18. Munjidah Wahab 2018 – 2023
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Santri tradisional di Jombang gemar dengan seni Sholawatan. Misalnya Sholawat Badar, laras slendro pathet sanga.
Bawa Pangkur :
Limang wektu sholat ira
Isya subuh luhur asar sarta maghrib
Iku aja kongsi kantun
Awit bakal dipriksa
Saderenge dipun tliti amalipun
Lamun jangkep sholat ira
Mulya ndonya tekeng pati
Lagu :
Solatullah salammullah, Ngala toha, rasullillah
Solatullah salammullah, Ngala yasin habibillah
1. He wong muslim mangertiya, Urip ana ngalam donya
Aja padha tumindak ala, Iku dadi larangan negara
2. Sapa kang dadi pangeran kita, Sapa kang dadi nabi kita
Gusti Allah pangeran kita, Nabi Muhammad nabi kita
3. He manungsa titah Ilahi, Sing padha sregep ngaji
Ngaji iku sangu mati, Sowan marang Ilahi Robi
Masyarakat Kabupaten Jombang terbiasa dengan kesenian. Agama berjalan secara harmonis dengan budaya. Orang Islam wajib menjalankan rukun Islam secara benar dan tepat. Sebaiknya perlu mengaji sejak anak-anak. Mari belajar agama dengan tekun. Syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad akan mengantarkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan hidup. Landasan ajaran Islam berdasarkan kitab suci Al Quran dan al Hadist. Keduanya merupakan pusaka bagi umat Islam agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Manjing tepet suci, mapan ing suwarga jati. Itulah cita cita luhur orang Jawa.
Ditulis oleh Dr. Purwadi, M.Hum, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA 4 Juli 2020
Jl. Kakap Raya 36 Minomartani Yogyakarta