Blitar, HarianForum.com- Nama Blendi sampai sekarang belum pernah diketemukan asal usul serta sejarahnya, namun olahan masakan jenis sayur lodeh yang menggunakan cabai bukan dengan hitungan atau genggaman tangan, tetapi penggunaan cabai untuk sayur dengan ditimbang, ternyata semakin banyak peminat.
Resep kuliner lawas turun temurun yang beberapa tahun telah menghilang, kini mulai kembali digemari dan besar kemungkinan sayur blendi menjadi salah satu kuliner unggulan khas Blitar.
Kebanyakan sayur blendi yang diminati bahannya menggunakan buah nangka muda atau biasa masyarakat di Blitar menyebutnya tewel. “Memanfaatkan harga cabai murah, kalau nanti harga cabe mahal ya paling nggak membuat lagi. Kalau inisiatif membuat sayur blendi karena dulu sering melihat eyang memasak sayur ini. Terutama pada saat lebaran sayur blendi tidak pernah ketinggalan. Sekarang mumpung cabai tidak mahal, mencoba membuat sekalian ditawarkan kalau ada yang berminat. Untuk bahan sayur yang paling diminati dari nangka muda atau biasa disebut tewel. Kalau menggunakan bahan yang lainnya sebenarnya juga bisa seperti koro, kacang panjang, rebung namun yang diminati tetap dari nangka muda,” tutur Ainun menekuni usaha sayur blendi yang dibranding Eyang Ti ini, mengunkapkan sayur blendinya mulai semakin hari semakin diminati.
Dengan menggunakan sistem order melalui aplikasi online atau ada juga yang datang langsung, menurut mahasiswi di salah satu perguruan tinggi Blitar ini, permintaan sayur blendi justru yang banyak sayur tanpa kuah dan sudah jadi blendrang atau sayur yang dihangatkan lagi 1 atau 2 hari sampai kering, dari pada sayur yang baru dimasak. Diungkapkan juga kalau untuk memenuhi permintaan konsumennya, Ainun memasak sayur untuk satu olahan 2 kilogram nangka muda dengan cabe 1 kilogram.
“Komposisi rasa sayur blendi yang biasa, 1 kilo cabai untuk 2 kilo nangka muda, kalau dikonsumsi sendiri biasanya memasak 1,5 kilo nangka muda dengan 1 kilo cabai. Sayur blendi meskipun dengan waktu yang cukup lama kalau kering bisa tahan lebih lama, dan rasanya tidak berubah atau malah mungkin terasa lebih enak. Banyak yang berminat untuk sayur blendi yang kering, mungkin bumbunya meresap dan cabenya pecah semua, sehingga rasa pedasnya yang ekstrim terasa,” ungkapnya.
Santi salah satu warga kota Blitar, merupakan penggemar kuliner sayur yang mempunyai sensasi pedas, sering rindu dengan kuliner terutama sayur khas Blitar. “Kalau blendi dari dulu saya paling seneng dan bagi saya sayur favorit. Makanya saya pesan satu dulu dan ingin merasakan seberapa heboh pedasnya,” jelasnya. (Ans)