Serba-serbi

Praktik Dukun Tidak Sama, Jangan Digebyah Uyah

347
×

Praktik Dukun Tidak Sama, Jangan Digebyah Uyah

Sebarkan artikel ini
KH. Muhamad Khobari, pengasuh ponpes Al Hikmah Langkapan.

Blitar, HarianForum.com- Kabar dideklarasikan Persatuan Dukun Nusantara di kabupaten Banyuwangi, saat ini menjadi salah satu bahan pembicaraan hangat, tidak terkecuali publik yang ada di Blitar. Diberitakan di beberapa media, perkumpulan yang disingkat dengan Perdunu, terdapat lintas tokoh tokoh spiritual dan supranatural.

Menurut sumber informasi bahwa Perdunu didirikan memiliki tujuan sebagai wadah para ahli spiritual nusantara dalam mengembangkan profesi dengan spesifikasi keilmuan yang dimiliki, sekaligus memperbaiki stigma negatif tentang dukun di masyarakat.

Berdirinya perkumpulan yang biasa disebut dengan orang pintar ini, ternyata mendapat tanggapan yang berbeda baik dari pandangan pengurus organisasi kemasyarakatan Nahdatul Ulama dan pemikiran dari Muhamadiyah (dilansir dari detikNews, Minggu 07 Feb 2021 Kala Ormas-ormas Islam Tanggapi Persatuan Dukun Nusantara).

Sementara KH. Muhamad Khobar diminta pendapatnya adanya perbedaan antara organisasi kemasyarakatan yang berbasis Islam terkait perkumpulan dukun, Kyai yang pernah menuntut ilmu agama Islam di pondok pesatren Panggung Tulungagung terlihat enggan memberi komentar, dengan alasan apapun perbedaan pendapat, harus dihargai.

Sedangkan sikap yang disampaikan memenuhi permintaan HarianForum.com atas pemikiran pribadi KH Muhamad Khobari atas perihal tersebut, Kyai Kobari menuturkan serta mengiingatkan bagi muslim harus benar benar paham mengenai perihal dukun. Menurut KH Khobari jangan sampai semua dukun digebyah uyah atau dianggap sama, namun harus mampu memilah mana yang diperbolehkan dan sebaliknya mana yang malah akan mendatangkan kemudharatan.

“Dukun bayi, dukun pijat, dukun calak yang membantu khitan, dukun jampi  atau orang yang bisa mengolah tanaman lokal untuk penyembuhan, tabib juga ahli bekam, tidak masalah kalau kita mendatanginya. Bahkan kita harus memberi imbalan sebagai rasa terima kasih karena telah dibantu. Namun untuk dukun yang bisa menimbulkan kemudharatan baik diri kita sendiri maupun orang lain, sebaiknya dipikir dahulu sebelum memutuskan mendatanginya,” tuturnya.

KH. Muhamad Khobari bersama KH. Arif Fuadi pada satu majelis.

Pengasuh pondok pesantren Al Hikmah, Langkapan, desa Maron, kecamatan Srengat, kabupaten Blitar mengungkapkan ada yang perlu dipikir kembali sebelum mendatangi beberapa ahli atau dukun untuk meminta bantuan. Selain dukun perewangan yang biasanya bertindak sebagai perantara agar dapat berhubungan dengan makhluk gaib, dengan harapan bisa mengobati berbagai macam penyakit, mulai dari penyakit fisik maupun mental.

Kyai Khobari juga mengingatkan untuk tidak meminta bantuan kepada ahli sihir yang biasanya dipercaya bisa membantu kekuatan, memperoleh kekuasaan, atau menambah daya ketertarikan seseorang. Termasuk dukun japa mantra serta dukun siwer, menurut cerita dukun siwer tersebut bisa mencegah suatu keadaan alam yang pada waktu tertentu tidak diinginkan. Mendatangi para ahli ahli tersebut, dikhawatirkan akan membuat kemungkaran.

“Ada ayat dalam Al Qur’an yang artinya berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina, ayat inilah yang harus selalu diingat bagi orang yang tidak mau kehilangan akidahnya. Apabila menyandarkan pertolongan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, hanya dipasrahkan kepada Gusti Allah,” terang Kyai kampung, yang bisa dikatakan cukup dekat dengan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.

Kyai Khobari menambahkan, seorang muslim harus mengingat adanya ancaman kerusakan akidah, tanpa sadar karena telah melakukan kekeliruan. Dicontohkan dalam shalat, membaca surah Al Fatihah merupakan wajib karena salah satu rukun shalat, dan hakikat bacaan salah satu surah dalam Al Qur’an tersebut, seseorang sedang melakukan dialog dengan Tuhan. Menurut Kyai Khobari l, bacaan surah Al Fatihah ada dua bagian, satu bagian dibaca manusia sebagai pujian dan permohonannya, sedangkan bagian lain merupakan jawaban Tuhan.

“Membaca surah Al – Fatihah salah satu bagian dari rukun shalat, seseorang apabila tidak membacanya, maka shalatnya tidak sah, kecuali bagi makmum yang tertinggal rakaat pertamanya dari imam, maka membaca  Al – Fatihah sedapatnya. Pada ayat, Iyyaka na’budu wa iyyaka nastain orang tersebut menyatakan bahwa dirinya hanya kepada Tuhan yang disembah, dan hanya kepada Tuhan untuk memohon pertolongan. Ternyata orang tersebut, di lain waktu memasrahkan keinginan keinginan yang besar untuk memperoleh pertolongan selain Tuhan, dalam hal ini mungkin kepada seorang dukun, ya orang tersebut bisa dikatakan telah ingkar,” tandas KH Khobari mengaku tidak mempermasalahkan didirikan perkumpulan dukun, karena perihal tersebut merupakan hak warga yang dilindungi oleh hukum negara, namun kewajibannya hanya mengingatkan kepada orang yang menerima untuk diingatkan.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *