Lampung, HarianForum.com- Nyang Vania Ayuningtyas Harini, MSi mengakui bahwa Ir Surono Danu merupakan sosok idolanya, selain seorang ayah yang sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya, bagi Vania ayahnya merupakan sosok petarung di dunia pertanian, karena hampir seluruh waktu hidup ayahnya diabdikan untuk bangsa Indonesia.
Dituturkan Vania, ayahnya tidak hanya pemulia Padi Mari Sejahterakan Petani atau MSP dengan berbagai jenis, namun dalam pandangannya bahwa ayahnya merupakan sosok petani revolusioner yang tidak bisa meninggalkan kesederhananya, telah mengelilingi bumi Nusantara sejauh 1.075.000 kilo meter dengan sepeda motor dan berhasil menemukan puluhan atau bahkan mungkin ratusan bibit unggul tanaman dari hasil penelitiannya. Selain padi dan jagung diakuinya bahwa Ir. Surono Danu memberi harapan yang nyata bagi para petani dan pertanian, dengan lahirnya bibit unggulan tanaman pangan untuk memajukan dunia pertanian di Indonesia.
“Beliau mempunyai keinginan kuat dan sangat gigih untuk dapat meraih cita-citanya, yaitu melawan keberadaan benih hibrida dan berjuang meningkatkan kesejahteraan petani melalui benih – benih MSP. Beliau seorang ayah yang hebat dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Terlebih yang saya kagumi, bahwa beliau sosok petarung karena waktu hidupnya diabdikan untuk bangsa Indonesia,” tuturnya kepada HarianForum.com.
Ketua bidang Riset dan Tekhnologi Dewan Pimpinan Pusat Mari Sejahterakan Petani atau DPP MSP, saat ini dieinya harus mampu dan pandai dalam membagi waktu untuk aktivitasnya. Bila saat di rumah, Vania melakukan penyemaian dan budidaya padi MSP. Sedangkan waktu di kampus melakukan praktikum menanam jagung, kacang panjang, kacang hijau yang semuanya merupakan benih Mari Sejahterakan Petani atau MSP.
Ditanya perlakuan bibit padi varietas MSP mulai pra tanam hingga panen yang dikembangkan di areal pertanaman di desa Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Vania mengungkapkan bahwa melakukan penebaran dengan menggunakan pupuk yang terbuat dari sampah organik dan kotoran hewan yang kaya akan unsur karbon dan nitrogen atau biasa dikenal kompos pada lahan sebelum mengolah tanah.
Setelah tanam untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan juga dalam perkembangan tanaman, dirinya menggunakan pupuk kimia kurang lebih 25 persen sedangkan pupuk organik cair atau POC sekitar 75 persen.
“Sedangkan untuk mencegah atau memberantas hama dan penyakit yang merusak tanaman atau hasil pertanian, menggunakan pestisida organik asap cair, termasuk pestisida kimia. Saya sampaikan kepada kawan kawan MSP, jangan pernah lelah untuk bertarung melawan benih benih hibrida, dan terus memuliakan benih lokal Indonesia atau benih kita sendiri,” ungkap Nyang Vania Ayuningtyas Harini, MSi.(Ans).