Uncategorized

Pencopotan Kyai Mustamar, Berpotensi Memantik Aksi Keprihatinan Kultur NU.

347
×

Pencopotan Kyai Mustamar, Berpotensi Memantik Aksi Keprihatinan Kultur NU.

Sebarkan artikel ini

Blitar, Harian Forum.com – Diakui Mujianto.SSos.MSi, meski belum memperoleh dan membaca salinan atau sejenisnya surat keputusan atas pemberhentian Dr. K.H. Marzuqi Mustamar, M.Ag, sebagai ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama atau PWNU Jawa Timur oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU, dirinya mengaku benar – benar merasa prihatin.Salah satu warga nahdliyin yang berdomisili di desa Karangsono, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar merupakan tempat kelahiran KH Marzuqi Mustamar ulama kharismatik yang dihormati oleh kalangan warga nahdliyin terutama di Jawa Timur, mengungkapkan kepada Harian Forum.com (3/1) sebagai warga nahdliyin yang kerap mengikuti kegiatan di organisasi kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama, dirinya sangat menyayangkan keputusan tersebut dilakukan secara mendadak.Dari kabar yang diterima, disampaikan pencopotan ketua pengurus wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang seharusnya diperiode kepengurusan berakhir tanggal 3 September 2023.Akan tetapi karena ada sesuatu yang bersifat internal organisasi, pada akhirnya masa khidmah diperpanjang hingga tanggal 3 Maret 2024.Namun kemudian justru terjadi adanya keganjilan, ketua tanfidziyah Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Timur hasil konferensi wilayah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Lirboyo pada tanggal 29 Juli 2018, telah diberhentikan pada tanggal 28 Desember 2023 atau masa menjelang pemilihan umum pemiluhan presiden dan calon wakil presiden 2024.

Pernah menjadi pengurus IPNU kabupaten Blitar, Mujianto dalam pandangannya santernya berita adanya keputusan pencopotan yang tidak biasa terjadi di organinasi Islam terbesar di Indonesia seperti sebelumnya, secara singkat kabar yang terbawa arus tehnologi informasi sampai dikalangan warga nahdliyin paling bawah hingga menimbulkan pendapat yang beragam.Tidak sedikit sebagian warga nahdliyin menilai keputusan tersebut dikaitkan dengan bakal digelarnya pemilihan umum pada tanggal 14 Pebruari 2024, dimana realitanya Jawa Timur merupakan basis terbesar warga Nahdlatul Ulama, hingga menjadikan provinsi di ujung timur pulau Jawa menjadi kancah pertarungan untuk meraup suara bagi calon presiden dan calon wakil presiden.

” berita diberhentikannya kyai Mustamar secara tiba – tiba dari kepengurusan wilayah, menjadi bahan perbincangan di kalangan nahdliyin hampir setiap hari.Saya pribadi sangat merasa prihatin dan menyesalkan, seorang kiai Marzuqi Mustamar yang begitu alim dan jelas dedikasinya untuk NU, serta mempunyai sejarah panjang dalam menyampaikan syiar dan mendakwahkan Nahdlatul Ulama, kenapa kemudian ada pemberhentian yang begitu mendadak, tanpa alasan yang jelas. Ini menjadi sebuah keprihatinan yang mendalam dari banyak aktivitas Nahdlatul Ulama, terutama saat ini di kabupaten Blitar ” ungkapnya.

Disinggung diberhentikannya ulama kelahiran Blitar pada tanggal 22 September 1966, merupakan pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad Kota Malang, yang membuahkan karya salah satunya kitab Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat, kitab berisi sanggahan yang ditujukan terutama pada kelompok salafi wahabi yang gemar membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin dengan mengutip dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah serta kaidah Ushul Fiqh, karena adanya dugaan politis dengan keterkaitan dukungan kepada salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden, Mujianto menampik apabila ada anggapan seperti itu ditujukan kepada kyainya.

” sebenarnya beliau ini cenderung mengarahkan supaya para santri itu mengikuti dakwahnya para kiai, itu saja. Beliau tidak pernah secara spesifik mengarahkan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu, apalagi dalam pengarahan menggunakan jabatan beliau sebagai Ketua PWNU Jawa Timur, sama sekali tidak pernah ada. Saat saya sowan ke ndalem ( rumah red), Kyai tidak pernah sekalipun mengarahkan untuk memenangkan salah satu paslon tertentu.Sekarang justru ada dipikiran saya, kalau pencopotan pengurus yang terjadi seperti kyai Mustamar tidak ada penjelasan resmi dan secara terbuka, malah saya khawatir nantinya sangat berpotensi memantik aksi-aksi keprihatinan dari warga NU kultural yang kritis untuk memprotes apa yang dilakukan oleh pimpinan di PBNU ” tandas Mujianto sembari menceritakan kondisi dan analisa politik di kabupaten Blitar.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *