Blitar, HarianForum.com- Kemenangan Hj. Rini Syarifah yang berpasangan dengan H Rahmat Santoso akhirnya mampu menekuk rivalnya dalam gelanggang demokrasi pemilihan kepala daerah Kabupaten Blitar. Mak Rini panggilan Hj. Rini Syarifah, perempuan kelahiran 1977 dari keluarga Nahdlatul Ulama atau warga nahdliyin telah berhasil mencatat sejarah, untuk pertama kalinya Bupati Blitar dijabat oleh perempuan dan menambah deretan perempuan yang memegang tampuk pemerintah daerah di Jawa Timur.
Pasangan Hj. Rini Syarifah dengan H.Rahmad Santoso, memperoleh 365.365 suara ( 58,84%) dalam pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Blitar tahun 2020. Pasangan No 2 yang diusung oleh PKB, PAN dan PKS lebih unggul dibanding pasangan calon Bupati Blitar No 1, H. Rijanto dengan Marhaenis Urip Widodo dengan mendapatkan 255.694 suara ( 41.16%). Pasangan petahana tersebut dalam pencalonannya diusung PDIP, PPP, Partai Demokrat, Partai Nasional Demokrat dan Partai Gerindra serta Partai Golkar.
Dalam pemilihan kepala daerah kabupaten Blitar, yang digelar pada tanggal 9 Desember 2020, jumlah pengguna hak suara sebanyak 645.142 dengan 620.969 suara sah, sedangkan suara tidak sah terdapat 24.173 suara. Jumlah daftar pemilih tetap atau DPT mencapai 961.971 pemilih, menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah kabupaten Blitar 67,06 %.
Direktur BIC Institut, Mujianto, S.Sos, MM, mulai awal mendukung Hj.Rini Syarifah maju sebagai calon Bupati dengan orientasi untuk perubahan di kabupaten Blitar lebih baik, menyampaikan kepada HarianForum.com (15/12). Disampaikan Mujianto, dari hasil rekapitulasi pada tingkat Kabupaten bahwa pasangan calon Bupati Blitar Rini Syarifah dan Rahmat Santoso dinyatakan memenangkan pemilihan kepala daerah. Namun kemenangan tersebut tidak disikapi dengan euforia kesenangan yang berlebihan oleh para tim pemenang maupun pendukungnya.
Menurut penggiat sosial politik di Blitar ini, tim pemenang maupun pendukungnya sangat faham bahwa amanah menjadi kepala daerah merupakan pekerjaan yang sangat berat. Dirinya juga menyampaikan juga bahwasanya calon kepala daerah yang memenangkan dalam pemilihan, harus mulai merekam visi dan misi, serta program atau sesuatu yang dijanjikan pada saat sosialisasi atau kampanye.Dengan menginventarisir perihal tersebut diharap mampu digunakan untuk membuktikan janjinya.
“Mak Rini sebenarnya sudah duduk manis sebagai pengusaha yang tuntas dengan urusan materi, begitu juga wakilnya. Mak Rini maju mencalonkan bupati karena ketad’zimannya dengan ulama atau kyainya, diniatkan untuk ibadah bukan bertujuan untuk memperkaya diri sendiri maupun keluarganya. Ini bukan karangan saya, tapi pernah disampaikan oleh mak Rini pada bulan Desember tahun lalu, di kediaman pak Choirul Gogodeso. Maka untuk menjaga amanah yang akan dijalankan dalam pemerintahan, mak Rini pastinya nanti didampingi oleh beberapa ahli dalam bidangnya masing masing dan Insya Allah memegang dan mengikuti aturan maupun hukum,” jelas Mujianto.
Kemenangan pasangan Hj.Syarifah dan H. Rahmat Santoso, disikapi rasa optimis oleh sebagian besar masyarakat baik dari kalangan mahasiswa, penggiat sosial pekerja migran, penggiat usaha kecil menengah, dan masyarakat dengan profesionalitas lainnya terutama perempuan yang sangat berharap adanya perubahan yang lebih baik di kabupaten Blitar.
Warga desa Gogodeso, kecamatan Kanigoro yang juga aktif penggiat sosial pekerja migran Indonesia, Ninik Kristina bersyukur dan mengapresiasi proses demokrasi pemilihan umum kepala daerah tahun 2020 telah berjalan dengan tertib dan aman. Ninik juga menyampaikan selamat kepada salah satu pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak dan nantinya menduduki sebagai kepala daerah kabupaten Blitar. Perempuan yang aktif melakukan pendampingan pekerja migran, berharap semoga bupati mendatang mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat kabupaten Blitar.
“Sangat berharap sesuai semangatnya, bersama membangun masyarakat sejahtera. Dan semoga beliau lebih peduli dan tanggap untuk memberikan perlindungan bagi para pekerja migran Indonesia, serta membantu untuk pemberdayaan bagi para purna pekerja migran Indonesia , sesuai dengan keahliannya masing masing,” harap Ninik Kristina.
Woro Setyorini, salah satu warga desa Kedung Banteng, kecamatan Bakung, tidak mampu menyembunyikan ekspresi optimisnya terhadap kemampuan perempuan dalam memimpin pemerintahan di kabupaten Blitar. Setyorini menceritakan, bahwa saat ini dirinya mengaku menghadapi permasalahan tentang tempat ibadah. Diceritakannya bahwa bangunan yang sekiranya untuk Gereja Pantekosta di Indonesia atau GPdI di desanya hingga sampai saat ini tidak diperkenankan untuk digunakan ibadah, karena terganjal masalah perijinan.
“Saya sangat optimis adanya perubahan kebijakan yang lebih bijak di kabupaten Blitar. Dan saya sangat mengharapkan kebijakan ibu bupati nanti, bisa menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi. Sayapun juga berharap nantinya dengan kebijakan kebijakan bisa menciptakan lapangan kerja baru, terutama di Blitar selatan,” tuturnya.
Perempuan milenial yang tercatat sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Malang, mengungkapkan, sebagai masyarakat harapannya dalam pergantian pemimpin yang baru di kabupaten Blitar pada periode kepemimpinannya bupati bisa konsisten mengemban amanah rakyat. Shinta Dewi juga sangat berharap untuk bupati mendatang bisa membawa perubahan yang signifikan baik untuk masyarakat golongan bawah, menengah maupun golongan atas.
Namun warga Kedung Biru, desa Kalitengah, kecamatan Panggungrejo juga mengkritisi terhadap janji dalam debat publik pertama pasangan Rini Syarifah dan Rahmat Santoso yang telah menjanjikan pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik secara gratis. Shinta masih belum menemukan jawaban, strategi apa yang akan dilakukan dengan Angggaran Pendapatan Belanja Daerah atau APBD kabupaten Blitar yang minim untuk bisa memenuhi janji tersebut.
Sebagai mahasiswa, dirinya sangat berharap janji tersebut benar benar bisa di realisasikan. Karena dengan adanya lontaran janji pada debat publik tersebut. Menurutnya, adanya janji tersebut, antusias masyarakat di daerahnya menjadi besar untuk datang ke tempat pemilihan suara, dan memberikan suaranya kepada salah satu pasangan calon dalam pemilihan umum kepala daerah kabupaten Blitar.
“Besar harapan saya ada pemimpin mau terjun secara langsung ke desa desa, terutama desa yang masih tertinggal. Saya juga berharap pemimpin yang akan datang, bisa menjalankan 4 prinsip kepemimpinan, yaitu transparansi, akuntabel, efektif dan efisien. Misalnya, segala kegiatan daerah seperti pembangunan, memperbaiki sumber daya manusia dan lainnya dengan menggunakan dana APBD bisa di share di situs web agar bisa diakses oleh seluruh masyarakat, sehingga masyarakat juga dapat memantau serta mengontrol jalannya roda pemerintahan. Ada satu yang saya amati dan menarik dari debat pertama pasangan calon mak Rini dan makde Rahmat yang menyinggung tentang pendidikan gratis mulai pendidikan dini hingga perguruan tinggi. Dalam debat publik beliau menyampaikan bahwa pasangan calon mak Rini dan makde Rahmat akan menggratiskan pendidikan bagi yang memiliki kartu tanda penduduk kabupaten Blitar mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi,” ungkapnya.
Widyawati masih satu desa dengan Shinta Dewi, berkecimpung urusan finansial perempuan milenial ini aktif menjadi pengurus di koperasi Randu Mulyo ikut menyampaikan harapannya terhadap kepala daerah kabupaten Blitar yang terpilih. Widyawati juga berharap untuk kedepannya kabupaten Blitar bisa menjadi lebih baik, “Harapan saya semoga kedepanya nanti kabupaten Blitar bisa lebih baik lagi. Kebutuhan masyarakat semoga semakin di perhatikan terutama jalan jalan yang rusak secepatnya di benahi agar menjadi baik lagi. Untuk koperasi wanita dan kelompok tani agar bisa lebih diperhatikan baik sumber daya manusianya maupun untuk kemajuan kelompok,” pesan Widyawati.(Ans)