Blitar, HarianForum.com- Kerja sama yang baik dengan musyawarah, memperkuat tali silaturahmi, intropeksi diri, membuang perasaan egois dan individualis, serta tidak merasa paling benar, faktor terciptanya keutuhan dalam aktivitas kehidupan sehari hari dimanapun. Yang paling terpenting belajar dan berusaha menghilangkan kebiasaan berfikir merasa besar dan benar, serta memaksakan kehendak, merupakan langkah yang sangat bijaksana.
Ungkapan disampaikan dari salah satu tokoh masyarakat yang istiqomah dan aktif di organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama atau NU, yang pernah memegang tampuk kepemimpinan di Gerakan Pemuda Ansor kabupaten Blitar. H Muhammad Khoirudin, SH, selain menyampaikan cetusan tentang membangun keutuhan dalam organisasi NU, dengan memegang prinsip hidup mandiri secara istiqomah bagi warga nahdiyin juga sangat diperlukan. Dengan sebijak mungkin, jamiyah nahdiyin harus mandiri dalam ilmunya, getol dalam amalnya.
Ditemui dikediamannya (29/09), disampaikan juga kepada HarianForum.com bahwasanya jamiyah seharusnya mengerti dan paham dengan muqaddimah qanun asasi Nahdlatul Ulama, bahwa NU menganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah atau Aswaja dan mengikuti empat mazhab.
“Dalam bidang hukum Islam, menganut salah satu mazhab sebagai ajaran dari empat mazhab. Para kyai penganut kuat mazhab Imam Syafi’i. Sedangkan dalam ketauhidan mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Al – Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sedangkan untuk tasawauf dasar dasar ajaran Abu Qasim Al-Junaid yang dianut. Teori itu harus dengan belajar, bukan hanya mengandalkan formalitas saja. Maka alangkah baiknya kalau semua sadar dengan mengingat apa yang dilakukan oleh orang tua dulu. Generasi mudanya mudah menyadari, sedangkan yang tua gampang meminta maaf. Ajaran yang baik bahwa kita berebut maaf, bukan malah memperebutkan diri kita merasa yang paling benar dan besar. Etika etika yang santun harus menjadi bagian penting untuk perilaku, kalau ahli sunnah tidak dimulai dengan etika, terus bagaimana?,” tuturnya diakhiri dengan kalimat pertanyaan.
Melahirkan Forum Silaturahmi Ansor Lawas atau Fosal di Blitar, Heru Khoirudin merupakan salah satu senior di Ansor kabupaten Blitar yang pernah mencuat di publik pada masa reformasi. Namanya sudah tidak asing lagi ditelinga berbagai kalangan.
Selain warga nahdiyin, Muhammad Khoirudin juga dikenal para birokrat, organisasi masyarakat, partai politik, petani, media dan elemen elemen masyarakat lain. Pernah menggagas pelaksanaan silaturahmi akbar gerakan pemuda Ansor di Blitar selatan, dan pernah juga mengajak reuni para aktivis Ansor era 1965 di Banyuwangi.
Disinggung majunya salah satu warga Nahdlatul Ulama menjadi calon kepala daerah kabupaten Blitar dalam pemilihan kepala daerah tahun 2020. Muhammad Khoirudin menyampaikan bahwa calon yang akan maju menghadapi petahana pada pemilu kepala daerah, sebenarnya sudah disiapkan sejak lama. Dari keluarga Nahdlatul Ulama, mempunyai karakter egaliter, pembawaannya santun, pengalaman di berbagai usaha mumpuni serta pengalaman maupun potensi lainnya, dijadikan dasar untuk pencalonan.
“Urusan mencalonkan kepala daerah bukan untuk main main. Kami tidak ingin lagi pemilihan kepala daerah melawan bumbung kosong, terulang kembali. Sekarang kita kembalikan kepada pemilih, terutama warga nahdliyin, memilih jeneng atau jenang. Dijelaskannya kalau memilih jeneng berarti warga nahdliyin mempunyai keinginan memiliki pemimpin di daerah dari warga NU. Tetapi kalau hanya ingin jenang, habis dimakan ya habis urusannya,” H. Muhammad Khoirudin, SH menjelaskan dengan tertawa.(Ans)