Blitar, HarianForum.com- Tidak berkuah dan tekstur buburnya tidak terlalu kental, namun cita rasa yang dihasilkan terasa gurih serta terasa lembut di lidah. Dilengkapi dengan suwir daging ayam, cakue, daun bawang, kedelai, bubuk merica, kecap dan sambal sesuai selera, Mey Meawathie mengaku salah satu menu kuliner dari kota Mutiara dari Priangan Timur merupakan hasil olahannya sendiri.
Memey panggilan akrab Mey Meawathien menuturkan kepada Harian Forum.com, sebenarnya dirinya sudah lama ingin berjualan bubur Tasik. Namun keinginannya masih menjadi keinginan, karena belum merasa percaya diri dengan masakan yang diolahnya, meragukan bubur masakannya bisa diterima oleh pembeli terutama bagi warga yang sering melintas di jalan Diponegoro tepatnya timur Kebonrojo, tempat mangkal untuk berjualan setiap paginya.
“Sebenarnya sudah lama ingin berjualan bubur, ya ragu kalau kalau nanti kurang disukai. Namun karena merasakan situasi ekonomi yang semakin sulit, tetapi kebutuhan bertambah banyak dan didukung suami, akhirnya memutuskan untuk berjualan bubur ayam Tasik pada awal bulan Agustus,” tuturnya (28/09).
Diatas mobil, lapak bubur ayam Tasik melayani pembeli dari pukul 06.00 – 09.00 hari Senin hingga Sabtu, sedangkan untuk hari Minggu tidak berjualan atau libur. Disinggung respon warga terhadap bubur ayam olahannya, Memey mengaku setiap harinya melayani 30 sampai 40 porsi, kalau dengan pesenan kurang lebih 100 porsi pada setiap harinya.
“Setiap porsi 8 ribu, saya setiap hari buka kecuali Minggu mulai pukul 06 sampai pukul 09, dan juga bisa dipesan melalui aplikasi ojek online. Hasil dari penjualan lumayan bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Saya bersyukur bubur hasil olahan saya mulai diminati, dengan merasakan dan terus bertambahnya omzet,” tandas perempuan berdarah Sunda sambil tersenyum.(Ans)