Blitar, HarianForum.com – Sudarmianto salah satu petani Pandanarum Tandur atau Pandur dengan menggunakan mesin yang sangat sederhana tampak telaten memisahkan serat sabut kelapa menjadi cocopeat, bahan yang biasa digunakan sebagai campuran media tanam, khususnya media tanam dalam pot. Dituturkan Sudarmianto bahwa mesin yang digunakan membuat cocopeat merupakan hasil karya kelompok masyarakat yang seluruhnya berprofesi sebagai petani meskipun juga penggiat pelestari hutan.Mesin produksi cocopeat dibuat dengan memanfaatkan kayu kayu limbah dari perusahaan mebeluer yang berada di desanya, Pandanarum.
Sembari bekerja, dirinya menceriterakan perjalanan mulai merintis sampai saat ini kondisi dan situasi yang dihadapi. Sudarmiato juga menyampaikan pertanyaan konsep perencanaan serta mekanisme pemerintah dalam menyalurkan alat mesin kepada petani, yang digunakan sebagai sarana pendukung untuk pertanian.Selain itu menanyakan ada atau tidaknya tindakan dari pemerintah terkait bantuan alat yang diberikan, namun tidak difungsikan sebagaimana mestinya.
“alat untuk pembuatan cocopeat ini semuanya dibuat sendiri, kecuali dinamo.Ya sebenarnya tidak layak kalau untuk produksi, karena volume yang dihasilkan tidak bisa maksimal. Sebenarnya kita ingin memproduksi dengan hasil yang kami inginkan, tetapi kami tidak mempunyai alat. Selama ini kami meminjam dari kelompok lain , tetapi untuk saat ini kami tidak boleh meminjam, meskipun alat tersebut tidak digunakan, seadanya dulu. Sebenarnya ada atau tidak sanksi dari pemerintah untuk penerima bantuan alat , yang alatnya tidak digunakan atau dibiarkan.Memang biasanya kalau hanya menggunakan atau mengoperasionalkan masih bisa. Tetapi untuk merawat alat itu yang paling susah ” tuturnya kepada Harian Forum.com.(11/9)
Bukan waktu sebentar, petani Pandanarum Tandur merintis produksi pupuk pertanian organik.Apa yang dilakukan oleh petani Pandur, seharusnya didukung oleh pihak yang memiliki komitmen pertanian organik merupakan bisnis dan tantangan pada masa depan, karena tingkat ketertarikan konsumen terhadap produk non kimia semakin lama semakin menunjukkan antusias yang tinggi dibanding produk pertanian konvensional.Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terus-menerus dirasakan dan berdampak kerusakan lingkungan, terutama pada tanah.
Dalam mengolah lahan pertanian dan pembudiyaan tanaman pertanian, Pandur tetap konsisten dengan menggunakan pupuk padat maupun pupuk cair organik serta agen hayati. Memanfaatkan potensi alam yang diperoleh dari sekitar, komunitas Pandur telah memproduksi pupuk secara swadaya untuk budidaya tanaman pertanian, bahkan tidak sedikit produk pupuknya diminati konsumen. Namun komunitas petani dan pelestari lingkungan hutan yang berada di desa Pandanarum, kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar saat ini menghadapi kendala, mesin pendukung kelancaran produksi tidak dimiliki.
Ragil Budi Santoso ketua Pandanarum Tandur, mengungkapkan dirinya dan kawan kawannya dalam memproduksi pupuk, selama ini menggunakan mesin pinjaman dari kelompok lain, dan Budi menyampaikan pada saat ini salah satu mesin untuk produksi yang nota bene bantuan dari pemerintah, tidak boleh dipinjam lagi. “kalau alat tersebut tidak boleh dipinjam, produksi pupuk ya berhenti, atau nanti bagaimana caranya kami bersama teman teman mencari cara yang lain.Yang pasti kami sangat berharap kepada pemerintah daerah agar dapatnya memberi bantuan alat agar kami bisa memproduksi pupuk kembali”, ungkapnya. (Ans)