Politik dan Pemerintahan

Peran Perempuan Dalam Pemilu Serentak, Bawaslu Nganjuk Gelar Deklarasi dan Diskusi

193
×

Peran Perempuan Dalam Pemilu Serentak, Bawaslu Nganjuk Gelar Deklarasi dan Diskusi

Sebarkan artikel ini
Dari kiri, Tia Moderator, Ibu Bupati Yuni Sophia, Fina Lutfiana Rahmawati,M.Pd.

Nganjuk, HarianForum.com- Seru, diskusi Peran Perempuan Dalam Pemilu Serentak 2019 dengan tema Stop Money Politik yang diselenggarakan oleh Bawaslu Nganjuk di Pendopo Anduru Nganjuk,

Dalam diskusi itu belasan organisasi perempuan yakni dari Jama’ah Al Hidayah, Women Crisis Center (WCC), Perwosi, Fatayat, Aisiyah, PMII, ada Ibu Bupati Yuni Sophia Selaku Ketua Gerakan Organisasi Wanita (GOW) yang sekaligus istri bupati dengan moderator tia dari radio tasma.

Perempuan dalam sejarahnya memang memiliki kondosioner yang sangat luar biasa, Perempuan harus kita rengkuh dan kita rangkul karena perempuan memiliki peranan sangat penting dalam penentu kemajuan bangsa, dan sebagian banyak DPT di Indonesia adalah perempuan. Demikian disampaikan Abdul Azis, S.Sos.I. Ketua Bawaslu Kabupaten Nganjuk sekaligus menandai dibukanya diskusi serta deklarasi peranan perempuan.

Usai pembukaan acara dilanjutkan pembacaan deklarasi dan kesepakatan peranan perempuan dalam pemilu serentak 2019 oleh Fina Lutfiana Rahmawati,M.Pd selaku Komisi penindakan dan pelanggaran, ditandai dengan penandatanganan deklarasi, tandatangan pertama dilakukan oleh ketua Bawaslu penandatangannan ke dua oleh Ketua GOW kemuadian disusul oleh mahasiswa dan oraganisasi lain diwakili oleh WCC.

Dari kanan duduk, Abdul Azis, S.Sos.I., Fina Lutfiana Rahmawati,M.Pd, Ibu Bupati Yuni Sophia bersama anggota Bawaslu Kabupaten Nganjuk.

Acara ini merupakan diskusi dan sosialisasi tentang peranan penting seorang perempuan oleh Ibu Bupati Yuni Sophia, Fina Lutfiana Rahmawati,M.Pd Koordinator Divisi Penindakan Pelanggaran komisi penindakan dan pelanggaran bawaslu ,tia moderator,

Pada diskusi tersebut, Koordinator Divisi Penindakan Pelanggaran, Fina Lutfiana Rahmawati,M.Pd, menyampaikan kendala – kendala yang dihadapi perempuan dalam berpolitik antara lain tidak adanya dukungan dari keluarga serta kurangnya pendidikan politik nagi perempuan.

Selain itu lanjut Fina, perempuan sendiri juga kurang memahamin fungsi dan tentang pengawasan Pemilu, Mereka rata – rata hanya sebagai pelengkap belum setara dengan laki – laki, kuota 30 persen tidak terpenuhi.

Perempauan pada umumnya juga tidak memiliki tidak memiliki latar belakang pendidikan politik praktis sehingga komunikasi dengen konstituen rendah akhirnya tersingkir, namun yang berhasil lolos memiliki kelemahan dalam negosiasi. kekerasan terhadap perempuan biasanya terjadi karena kemiskinan, pelabelan, peran ganda, penomorduaan.

Selain itu, isu perempuan jadi tidak tersentuh, kekerasan, kematian ibu anak. peran sebagai ibu dan istri dianggap sebagai kodrat. Bangun sebelum Subuh, menyiapkan makanan sekeluarga mencuci pakaian dan memandikan anak, berangkat kerja sampai sore.

Abdul Azis, S.Sos.I. Ketua Bawaslu Kabupaten Nganjuk saat penandatanganan deklarasi.

“Bawaslu berharap, diskusi ini dapat membawa dampak positif bagi setiap perempuan, khususnya para organisasi perempuan yang hadir dalam diskusi ini yang kemudian dapat mensosialisasikan ke perempuan secara umum, agar Pemilu di Kabupaten Nganjuk bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibanding kabupaten lain, karena perempuan mendominasi jumlah DPT di Kabupaten Nganjuk,” ujar Fina.

Pada kesempatan yang sama, Ibu Bupati Yuni Sophia menyampaikan sebagai perempuan harus kritis, apalagi di pesta demokrasi ini, jangan sampai terpengaruh oleh money politik, apapun bentuknya entah itu berupa sembako atau sovenir. Dan jika kita menemukan pelanggaran pelanggar dalam Pemilu, kita harus melaporkan ke Bawaslu.

Selain itu Ibu Bupati juga menjelaskan Dampak money politik dan strategi untuk melawan money politik. Di akhir acara dilakukan tanya jawab oleh peserta yang hadir.(Tari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *