Blitar, Harian Forum.com – Urgensi atau pentingnya penerapan tehnologi pengembangan pertanian yang berkelanjutan dengan target terwujudnya kedaulatan pangan, harus didorong secara komprehensip tidak hanya menjadi ranah bagi pelaku dunia pertanian, tetapi harus didukung oleh semua elemen masyarakat secara keseluruhan.Kedaulatan pangan merupakan kemampuan masyarakat mendiami suatu bangsa atau negara, yang dapat mengendalikan produksi, distribusi serta konsumsi pangan tanpa bergantung pangan dari negara lain.
Meskipun bahan pangan jagung, ubi, ketela, sagu dan bahan pangan yang lain tersedia, serta banyak dihasilkan oleh sumber daya alam, namun pada kenyataan masyarakat Indonesia lebih terbiasa mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan yang memiliki karbohidrat tinggi sebagai makanan pokok.
Kedaulatan pangan tidak hanya berhenti sebatas produksi dan ketersediaan bahan pangan yang cukup memenuhi kebutuhan, namun bahan pangan harus dibarengi dengan kualitas yang aman dan sehat.Selain itu bagian penting untuk memperkuat kedaulatan pangan, dan dalam pengelolaannya dijalankan secara mandiri dengan orientasi sumber daya alam terlindungi serta sebagai langkah pencegahan terjadinya degradasi lingkungan yang mampu melahirkan malapetaka ekologis dan berdampak pada produksi pangan, saat ini sedang dilakukan Agung Prabowo salah satu petani yang berdomisili di kelurahan Sutojayan, kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar.
Jauh belum tercapainya swasembada pangan secara nasional, bahkan ketahanan pangan, pemerintah masih terus bersandar dengan negara lain dengan permintaan bahan pangan, dimana telah tercatat dari tahun ke tahun terjadi peningkatan volume import.Selain itu, tidak kondusifnya serta semrawutnya persoalan pupuk terutama untuk pertanian pangan, telah menginisiasi Agung Prabowo melakukan inovasi dengan pengembangan tanaman padi tanpa menggunakan pupuk sintetis sama sekali.Telah terbiasa dengan urusan pupuk, agen hayati maupun nutrisi pertanian, santri di pondok Ngaji Tani dalam pengembangan tanaman padi, dirinya menggunakan varietas Mari Sejahterakan Petani atau MSP 8 di areal pertanian dengan luas 100 ubin atau ru secara mandiri. Agung menjelaskan pengembangan tanaman padinya, untuk usia tanam dilakukan selama 25 hari, sedangkan jarak tanam 28.Ditambahkan dalam penjelasannya, jumlah anakan rata rata 15 dan pada usia 50 hari setelah tanam atau hst, tinggi tanaman padi 1 meter, sedangkan usia 80 hari setelah tanam, tinggi rata rata mencapai 1,2 meter.
” jumlah anakan dan tinggi itu tergantung pemberian bokasi dari kotoran hewan serta penyemprotan nutrisi.Padi MSP yang ada di Sutojayan itu kalau menggunakan aplikasi nutrisi, anakannya bisa diperbanyak dan tingginya bisa ditambah lagi.Seperti yang sudah dilihat menjadi salah satu contoh, itu memang di rem atau dihentikan, karena kondisinya sekarang musim hujan.Kalau anakan ditambah dan juga memaksimalkan tinggi tanaman itu resikonya tanaman roboh, terjadi kelembaban tinggi hingga berujung banyak jamur dan hama, terutama wereng.Karena yang kimia itu, yang ada disamping agak jauh kalau roboh banyak, terus mulai kelihatan terserang hama wereng.Ya karena kelembapan terlalu tinggi terutama pemberian pupuk kimia terlalu banyak, anakannya banyak terus kelembapan juga tinggi, akhirnya hama wereng masuk ” jelasnya.(Ans).