Blitar, HarianForum.com – Adanya kenaikan harga yang mempengaruhi daya beli masyarakat atas komoditas kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup
pada saat ini, menjadi sebuah tanda terjadinya krisis pangan. Menghadapi krisis yang diprediksikan bakal terjadi dengan waktu yang cukup lama, perlunya penerapan biotehnologi sebagai solusi akan sulitnya mendapatkan pupuk, penyelesaian persoalan regenerasi petani serta penggunaan benih tanaman pangan yang mampu mengatasi baik akibat tekanan cuaca maupun lingkungan sekitar untuk bertahan hidup.
Dampak adanya krisis pangan yang merupakan kebutuhan fisiologi menjadi perihal sangat penting, karena memilki keterkaitan dengan pertahanan maupun stabilitas keamanan.
Pangan bukan hanya menjadi sebuah komoditi ekonomi, namun juga memiliki fungsi sosial dan politik, baik regional, nasional maupun global. Menyikapi situasi yang berpotensi menjadi ancaman ketahanan pangan, politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI Perjuangan kabupaten Blitar, Suwito Sarens berpandangan bahwa kondisi tersebut merupakan persoalan yang serius dan harus diperoleh penyelesaiannya. Dirinya mengajak para petani untuk ikut aktif meningkatka kepedulian menghadapi krisis dampak selain adanya perubahan iklim juga akibat geopolitik global.
Bukan hanya menjadi sekedar wacana, secara simbolis ketua DPRD kabupaten Blitar, menyerahkan benih padi dan jagung MSP kepada koordinator Mari Sejahterakan Petani Indonesia Blitar Raya. Dalam sambutan acara yang digelar di pondok Ngaji Tani kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar, Suwito menyampaikan optimismenya terhadap perolehan hasil panen yang optimal dari benih padi dan jagung MSP, apabila dalam penanaman dilakukan sesuai tahapan tahapan yang baik mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan sampai upaya pencegahan dari segala hama maupun penyakit tanaman.
“Baik benih padi maupun benih jagung MSP yang akan kita tanam atau kita kembangkan di Blitar raya sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur.red), dan untuk tehnis nantinya, akan didampingi oleh teman teman dari P4S Alam Lestari. Dengan menanam padi maupun jagung MSP selain bertujuan untuk kedaulatan pangan juga kemandirian benih, namun hal tersebut jangan sampai membebani atau memberatkan petani, bahkan petani harus memperoleh manfaat dari program benih MSP. Sangat diperlukan pemberdayaan terhadap petani yang tidak hanya memiliki kemampuan dan kreativitas. Petani juga harus mampu menjadi simbol gotong royong, sehingga hasil panen yang baik disertai semangat kepedulian terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat, menjadi solusi dalam mengatasi kerawananan pangan terutama di Blitar Raya seperti saat ini ” tukas Suwito Saren dihadapan para petani yang hadir pada acara konsolidasi Mari Sejahterakan Petani Indonesia Blitar Raya, (27/6).
Diwaktu dan tempat yang sama, Febri Eko Budi Asmoro, salah satu penggiat Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya atau P4S Alam Lestari yang mendampingi para petani dalam pengembangan padi maupun jagung varietas MSP, akan berkomitmen memberikan pendampingan mulai dari pembuatan pupuk, persiapan dan pengolahan lahan, pengetahuan serta teknologi nutrisi pertanian, sebagai upaya untuk keberhasilan panen dibarengi produktivitas yang tinggi, sehingga petani akan memperoleh keuntungan.
“Sangat menarik, disaat para petani tengah kesulitan memperoleh pupuk, sedangkan kartu tani juga tidak bisa memenuhi kebutuhan para petani, kita senang bisa hadir di tengah tengah masyarakat untuk mendampingi agar petani bisa membuat pupuk sendiri. P4S Alam Lestari akan terus menggali potensi potensi di Blitar raya ini untuk dikembangkan. Kita sudah banyak membuat demplot atau lahan percontohan, dan semuanya telah berhasil. Pupuk atau nutrisi yang kita miliki sesuai pengalaman bisa digunakan untuk tanaman baik horti maupun tanaman pangan. Nutrisi kami bisa kita kembangkan, misalnya untuk jagung yang biasanya memiliki 1 atau 2 tongkol, bisa meningkatkan hasil menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Namun semuanya tergantung dari kecakapan para petani itu sendiri” jelas Febri kepada Harian Forum.com, menambahkan selama pendampingan untuk petani dilakukan dengan swadaya, tanpa menggunakan anggaran pemerintah.
Melansir dari CNN Indonesia , 07 Jun 2022 berjudul “20 Persen Dana Desa Digeser untuk Hadapi Ancaman Krisis Pangan di RI”, bahwa menteri Desa dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengatakan, pemerintah sengaja mengalokasikan anggaran dana desa sebesar 20 persen untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di dalam negeri.”Betul (alokasi dana 20 persen dari dana desa untuk mengantisipasi krisis pangan),” ungkap Abdul kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/6). Jika dihitung, maka pemerintah menganggarkan Rp13,6 triliun untuk ketahanan pangan dari total dana desa yang mencapai Rp 68 triliun pada 2022.
Menurutnya, pengamanan bahan pangan harus dimulai dari tingkat desa atau tempat para petani.(Ans)