Ekonomi

Tak Hanya Masalah Pupuk, Petani di Kediri Minta Pelatihan Dari Pemerintah

214
×

Tak Hanya Masalah Pupuk, Petani di Kediri Minta Pelatihan Dari Pemerintah

Sebarkan artikel ini
Subianto Anggota DPRD Kediri Saat Panen Buah di Kabupaten Kediri (Sumber : Brt-Jt)

Kediri, HarianForum.com – Petani di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri mengeluh kesulitan memperoleh pupuk dan minim pemberian bantuan alat pertanian modern.

Para petani kemudian menyampaikan unek-uneknya kepada anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Subianto, dalam kegiatan resesnya di Kampung Wisata Edukasi Labu Madu Desa Toyoresmi.

Winarso, petani asal Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem mengatakan, “Kami minta aturan pembelian pupuk disederhanakan. Dengan program kartu tani itu, kami sulit memperoleh pupuk.” Pungkasnya, Minggu (26/11/17).

Tak hanya soal pupuk, pemasaran hasil pertanian juga dikeluhkan para petani. Mereka berharap adanya pendirian pasar baru yang dapat memangkas ongkos distribusi. Karena di Kecamatan Ngasem ini berada di tengah-tengah antara Pasar Induk Pare dan Pasar Grosir, Kelurahan Ngronggo, Kota Kediri.

Dirinya menambahkan, “Di desa kami ada 100 hektar lahan pertanian produktif yang menghasilkan padi setiap musim panennya. Kami kesulitan memasarkan produk karena jauh dari pasar. Ini karena lokasi kami berada di tengah. Kami usul seandainya bisa didirikan pasar di sini yang bisa memangkas ongkos pemasaran.”

Keluhan petani pun dijawab Subianto. Dirinya mengaku program pertanian pada pemerintah Presiden Joko Widodo, Jawa Timur akan menjadi pilot project pertanian. Sehingga seluruh petani di Jatim akan mengikuti program kartu tani.

Subianto juga memaparkan, “Untuk mekanisme pembelian pupuk memang mutlak melalui RDKK, dan yang penting jangan sampai ada tanah pertanian secuil yang tidak terdata pupuk dan kedua memang harus melalui SK Bupati. Kalau petani sudah tua, memang harus ada regenerasi, yang bisa mengarahkan. Sebab, kartu tani manfaatnya banyak, supaya datanya tidak salah dan ke depan pemerintah tampaknya akan mencabut subsidi.”

Untuk permasalahan hasil pertanian yang jauh, dirinya akan menyampaikan ke Pemerintah Kabupaten Kediri melalui lembaga DPRD Kediri.

Koordinator paguyuban petani labu madu Desa Toyoresmi Yulianto, berbeda dengan petani lainnya. Atas nama petani labu madu, dia minta adanya pelatihan dan pembinaan dari pemerintah serta bantuan alat pengolahan produk menjadi aneka makanan.

Yulianto mengatakan, “Awal dari konsep wisata edukasi labu madu ini, pertama menginginkan icon di Kecamatan Ngasem, khususnya di Dusun Besuk, Desa Toyoresmi. Kami butuh sarana pembinaan sumberdaya manusia. Bagaimana cara pelayanan terhadap tamu yang ada, standar pelayanan, dan cara menanam yang baik.”

Kelompok petani labu madu di Desa Toyoresmi ini telah melahirkan aneka olahan seperti getuk pisang labu, stik labu dan bakso labu. Untuk itu, petani meminta bantuan alat pengolahan untuk mengembangkan produk olahan labu madu. Hal tersebut disampaikan Yulianto.

Bantuan pelatihan seperti petani labu madu juga diminta Agus, Ketua Kelompok Budaya Ikan di Desa Toyoresmi. Pelatihan yang dimaksud adalah untuk pemasaran ke luar negeri melalui teknologi informasi (TI).

Agus memaparkan, “Dari tahun 2005 sampai sekarang, penjualan ikan cupang atau berta itu tidak pernah mandek. Ikan cupang paling cocok memang di Kediri, Surabaya dan Jakarta. Dan satu satunya terbesar di Indonesia adalah Kediri. Penjualan mulai dari Batam sampai Ujung Pandang. Ikan ini sifatnya premium, pemeliharaannya tidak asal-asalan. Petani disini menggunakan bambu dan plastik sebagai tempat. Saya punya beberapa reseller yang bisa jual ke luar negeri. Teknik khusus pemotretan bagus, ternyata hasilnya lebih menjanjikan dijual ke Amerika. Kita tidak ada pembinaan, sehingga ketinggalan zaman. Kalau disini saya jual Rp 5-10 ribu, di sana bisa dijual USD 30. Kami minta pelatihan dan pembinaan pemasaran berbasis online.”

Subianto meminta agar petani mengajukan surat, dan nantinya akan ditindaklanjuti. Dirinya juga melihat pertanian labu madu yang akan disulap menjadi kampung wisata edukasi. Dia melakukan panen langsung dan berdialog dengan petani mengenai potensi pertanian ini. (Brt-Jt/Frm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *