Blitar, Harian Forum.com- Dari beberapa media diberitakan adanya mural di wilayah Kelurahan Batujaya, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang yang diduga mengilustrasikan wajah Joko Widodo, dan pada bagian mata ditutupi dengan tulisan ‘404: Not Found. Dalam dunia siber, tulisan tersebut mempunyai arti sebuah file tidak ditemukan setelah dicari cari terus menerus atau laman yang dituju tak bisa diakses atau memang tidak ada sama sekali.
Dengan adanya kejadian tersebut pihak kepolisian setempat, sempat menyelidiki aksi yang telah menarik perhatian publik bahkan masuk dalam daftar trending. Namun diurungkan, karena tindakan pembuatan mural tidak memiliki unsur tindak pidana.
Dian Brew salah seorang seniman perupa Blitar ditemui di warung kopi Bathok miliknya yang berlokasi disekitar pusat Kota Kanigoro Kabupaten Blitar, kepada Harian Forum.com menjelaskan perbedaan mural dalam bahasa latinnya Murus yang berarti dinding dengan Grafiti.
Pekerja seni rupa yang pernah tinggal di Australia selama 9 tahun, menceritakan mural dan grafiti merupakan street art atau seni jalanan yang paling sering ditemui dan kerap terlihat dengan gambar maupun tulisan pada tembok tembok jalanan terutama di kota kota besar.
Dianggap sama, sebenarnya kedua aliran seni rupa merupakan karya yang berbeda. Mural adalah seni menggambar pada media dinding, dan biasanya digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi. Sedangkan grafiti menekankan pada keindahan hasil cipta seni biasanya dengan tulisan, bukan untuk menyampaikan kritik sosial.
“Mural merupakan coretan gambar gambar, meilustrasikan dengan apa yang sedang terjadi disekitar lingkungan baik pada dinding, tembok atau media luas lainnya yang bersifat permanen. Berbeda dengan grafiti, yaitu lukisan yang lebih menekankan pada tulisan,” jelasnya.
Disinggung adanya karya seni mural yang pernah dianggap menyinggung lambang negara, Brew panggilan akrabnya mengungkapkan senirupa bukan hanya sekedar aktivitas seni gambar yang terbaca oleh indra penglihatan. Namun menurutnya senirupa merupakan bahasa dalam menyampaikan ekspresi, tidak hanya sebuah ketertarikan namun juga tentang kegelisahan.
“Yang dikatakan simbol atau lambang negara itu tanda kutip. Kita telusuri dari awal bahwa seni itu sendiri arah dari perkembangan sebagai sarana ekpresi bagi para pelaku pelakunya. Bagaimana menyikapi apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan dituangkan pada sebuah karya seni termasuk mural.Persoalan menyinggung atau melanggar peraturan tergantung interpretasi dan daya apresiasi pada masyarakat, terutama yang bersinggungan pada sebuah kelembagaan seperti negara. Yang jelas kalau yang bersangkutan tidak merasa dirugikan, ya nggak masalah. Bagaimanapun kebebasan ruang berekpresi merdeka dalam berkesenian, kita punya payung hukum.Kita punya hak baik sebagai manusia secara hakiki maupun sebagai warga negara. Kalau sekarang kita berekpresi dikebiri berarti telah kita jauh mundur,” tandas ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar.
Prancis merupakan negara yang paling banyak memiliki lukisan dinding. Mural yang paling terkenal pada saat itu hasil karya Pablo Picasso, dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad 20 dengan nama lengkap Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz y Picasso, membuat sebuah mural yang dinamakan Guernica atau Guernica y Luno.
Mural Guernica atau Guernica y Luno
dibuat pada saat terjadinya peristiwa perang sipil di Spanyol pada tahun 1937. Dibuatnya mural untuk memperingati peristiwa pengeboman oleh tentara Jerman yang terjadi di sebuah desa kecil dimana kebanyakan diantara merupakan masyarakat Spanyol.
Seiring waktu, mural dahulu dibuat sebagai ungkapan melalui gambar maupun tulisan di dinding dinding jalanan. Namun pada saat ini mural menjadi celah bisnis bagi seni gambar atau lukis. Mural memiliki daya tarik tersendiri dan mampu mempercantik interior restoran, cafe, hotel, rumah maupun apartemen.(Ans)