Blitar, HarianForum.com- Informasi potensi terjadinya gempa 8,7 magnitudo di selatan Jawa Timur disertai gelombang tsunami yang dirilis oleh BMKG, sebenarnya untuk model skenario terburuk dalam merancang mitigasi, bukan membuat kepanikan.
Dikutip dari tulisan jurnalis
Bisnis.com, Oktavianus DB Hana (04/06), bahwa Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Daryono mengimbau masyarakat agar tidak panik ihwal informasi model skenario terburuk dengan potensi gempa di Selatan Jawa Timur yang diprediksi bisa mencapai 8,7 magnitudo dan menimbulkan Tsunami.
Melalui akun Twitter resminya, Jumat (04/06) pukul 05.48 WIB, Daryono memberikan penjelasan terkait info tsunami Jatim yang disebutnya menyebabkan kegaduhan. Dia menegaskan bahwa BMKG merilis informasi itu sebagai model skenario terburuk untuk merancang mitigasi.
Namun, dia mengingatkan kepada masyarakat bahwa hal itu bukan prediksi dengan waktu presisi terjadinya gempa. Dia mengatakan model skenario terburuk yang dirilis BMKG itu seharusnya direspons dengan mitigasi dan bukan kepanikan.
Destinasi wisata pantai Serang sangat terkena imbas akibat penyimpulan informasi yang diterima melalui aplikasi media sosial dengan tergesa gesa, tanpa memahami terlebih dahulu secara bijaksana, dan tersebar dengan cepat sehingga mempengaruhi aktivitas penunjang ekonomi terutama pada sektor pariwisata, khususnya destinasi wisata laut atau pantai di pesisir selatan.
Ditemui HarianForum.com, Riyanto salah satu petugas pengelola destinasi wisata pantai Serang, Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar membenarkan adanya kepanikan yang terlihat dengan menurunanya kunjungan wisatawan di pantai Serang, semenjak adanya berita tsunami yang menyebar di media sosial atau medsos.
“Pengunjung menurun drastis mencapai 70% setelah ada kabar dari medsos. Dan pedagang tanpa ada pengunjung yang datang, otomatis terkena dampaknya,” tuturnya, Sabtu (05/06).
Sepinya kunjungan wisatawan tidak seperti hari biasanya, dirasakan juga oleh Sugeng, warga desa Serang yang memiliki usaha di lokasi wisata pantai serang. Disampaikan Sugeng, bahwa wisatawan takut berkunjung sejak santernya berita gempa bumi dan tsunami yang akan terjadi di Jawa Timur termasuk di wilayah Blitar.
“Mulai adanya berita tsunami, terjadi penurunan pengunjung. Semua usaha terdampak, bisa dikatakan sangat sepi. Orang mau ke pantai takut dan lebih memilih ke tempat wisata lainnya. Kami berharap kepada pemerintah daerah, agar memberikan klarifikasi atau pernyataan pernyataan agar lebih menenangkan masyarakat, sehingga wisata bisa normal kembali,” tandas Sugeng pemilik Warung SPS pantai Serang.(Ans)