Bojonegoro, HarianForum.com- Api menyala terus terang dan terang terus menerus sejak tahun 1314. Saat Prabu Jayanegara mesanggrah di daerah Bedander Kabupaten Bojonegoro, untuk melakukan konsolidasi kenegaraan. Patih Gajahmada mengiringi dengan setia.
Kerajaan Majapahit sedang memberi pembinaan teritorial di kawasan Gunung renteng. Dipulihnya Bedander sebagai program kenegaraan, karena mengandung beragam potensi. Kemakmuran berlipat ganda atas lima hal. Burung perkutut, pari gaga, minyak, semen dan kayu jati menjadi handalan kerajaan Majapahit.
Semangat berkobar diwakili oleh nyala kayangan api. Siang malam api alam memancar ke segala penjuru.
Turut dalam survei ini KRT Sukoco Madunagoro, Nyi Behi Indarti Puspodiprojo, Nyi Behi Sunarmi Sekar Rukmi, KRT Purwadi Sosronagoro, KRT Wasito Hadiprojo. Mereka tergabung dalam PAKASA, Paguyuban Kawula Karaton Surakarta Hadiningrat cabang Nganjuk. Dalam bahasa pedalangan mirip dengan Kahyangan Hargo Dumilah, yang dipimpin Bathara Yamadipati.
Letak kayangan Api sebelah utara gunung Renteng sebagai tanggul bengawan Solo bagian selatan. Tanggul sebelah utara difungsikan gunung Kendheng. Sepanjang jalan pohon jati ditanam rapi.
Jalan menuju lokasi tertata halus mulus. Kualitas jalan cor melancarkan sistem transportasi. Segala arah bisa dilalui dengan jenis kendaraan umum. Gunung Pandan dari kejauhan tampak seolah olah memimpin lingkungan pegunungan. Perjalanan dari kota Nganjuk sampai kayangan api sekitar 1 jam, dengan jarak 50 KM. Pemandangan begitu indah menawan.
Jaman kerajaan Majapahit tentu menggunakan kereta kencana. Barisan kuda mengiringi pengawalan Prabu Jayanegara beliau memerintah hingga tahun 1328. Lantas dilanjutkan oleh raja putri Tri Buana Tunggadewi.
Wisata kayangan api mengandung unsur historis, filosofis dan ekologis. Gemilang pada masa depan.
Nyala api menerangi jagad raya. Di sebalahnya tempat semedi Eyang Kriyo Kusumo, abdi dalem Sinuwun Amangkurat Amral yang memerintah Karaton Mataram tahun 1677 sampai 1705. Tiap malem Selasa kliwon banyak orang bersemedi di Kahyangan api. Ilmu iku kelakone kanthi laku.
Sebelah utara 50 m terdapat sumur belerang. Punya daya pangaribawa menyembuhkan penyakit kulit. Bahkan dapat membuat awet nom.
Pepohonan di sikitar Kahyangan api diberi sesaji. Dupa, kemenyan, jajan pasar, pala gumandul tersedia tiap saat. Kukuse dupa kumelun, ngeningken tyas sang apekik. Segala panuwunan terkabul
Dhedhep tidhep perbawaning ratri. Sasadara wis manajer kawuryan.
Ditulis oleh Dr. Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA