Pertanian

Tidak Ada Hujan Berhenti Menanam

605
×

Tidak Ada Hujan Berhenti Menanam

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Kalau diawal hujan, seperti biasanya kami menanam jagung, nanti saat umur jagung 1 bulan menanam cabe hingga umur 2 bulan, kemudian baru menanam kedelai. Pada tahun ini, mulai bulan Juli kemarin, sudah tidak ada hujan karena tahun yang lalu musim hujan maju bulan Agustus, sehingga saat ini tidak ada kegiatan menanam.

Demikian disampaikan Riana pemiliki lahan pertanian seluas 2500 m2, yang biasanya ditanami dengan metode tumpang sari, selain tanaman monokotil jagung, cabe, juga tanaman jenis polong – polongan.

Lahan pertanian milik Riana, merupakan lahan tadah hujan dengan ketersediaan air yang terbatas dan mengandalkan air hujan sebagai sumber air. Sehingga pada masa curah hujan kecil atau tidak sama sekali, perembesan terbatas menjadikan defisit ketersediaan air tanah, ditambah evaporasi serta penggunaan air untuk kebutuhan sehari sehari, sehingga Riana tidak melakukan kegiatan menanam.

Dirinya mempunyai alasan tidak menanam pada musim kemarau, dikarenakan tidak adanya air yang tersimpan di tanah, sedangkan air sangat dibutuhkan tanaman untuk berfotosintesis, transpirasi, pengangkut dan pelarut unsur hara dari tanah.

Keringnya tanah lahan pertanian, diakui Riana salah satu warga dusun Sumber Kembar, desa Sumber Kembar, kecamatan Binangun, kabupaten Blitar, di musim kemarau tidak dipungkiri hujan sangat memiliki pengaruh untuk aktivitas produksi pertanian terutama tanaman pangan. Menurutnya, tanaman yang ada dilahan tidak akan mampu memproduksi yang baik, karena tidak adanya pasokan air.

“Kalau musim seperti ini (kemarau.red), tidak ada pasokan air, makanya lahan tidak ditanami, tetapi diolah dengan dibajak terlebih dulu kemudian diberi pupuk kandang.
Biasanya petani, untuk memberi pupuk di lahannya memanfaatkan dengan pupuk kandang baik dari kotoran ayam, kambing maupun sapi,” ungkapnya, Jumat (12/08).

Kepada HarianForum.com, Riana menuturkan penggunaan kotoran ayam, kambing maupun sapi dikenal dengan pupuk kandang atau pupuk organik yang mengandung zat – zat tidak hanya mampu memperbaiki struktur tanah, tetapi dengan bisa menjadi penyediaan unsur hara tanah. Namun Riana juga mengingatkan, bahwa penggunaan pupuk kandang juga diperlukan penanganan dengan baik sebagai upaya agar tidak terjadi kelayuan pada tanaman atau bahkan mengalami kematian akibat panas.

“Pupuk kandang mampu meningkatkan kesuburan tanah yang bisa memperbaiki kerusakan tanah akibat pemakaian pupuk bukan organik secara berlebihan, namun menggunakan pupuk kandang juga diperlukan penanganan yang baik. Yang beli hanya kotoran ayam, sedangkan srinthil (kotoran kambing.red) maupun kotoran sapi, tidak membeli karena petani disini memiliki sendiri, dan rata rata petani juga beternak kambing dan sapi,” tutur Riana ditemui dilahan miliknya yang sedang dibajak.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *