Rabu , April 17 2024
148 views
Sidang Pleno di Gedung MK, Jakarta Pusat (Sumber : Kps)

Telah Dihapus MK, Aturan yang Melarang Pernikahan Antar Karyawan Sekantor

Jakarta, HarianForum.com – Permohonan uji materi Pasal 153 Ayat 1 Huruf f Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK).

Jhoni Boetja, Edy Supriyanto Saputro, Airtas Asnawi, Syaiful, Amidi Susanto, Taufan, Muhammad Yunus, dan Yekti Kurniasih adalah delapan pegawai yang mengajukan permohonan tersebut.

Kini, sebuah perusahaan tidak bisa menetapkan aturan yang melarang karyawannya menikah dengan rekan kerja satu kantor setelah adanya putusan MK tersebut.

Ketua Majelis Hakim MK Arif Hidayat memaparkan, “Amar putusan, mengabulkan permohonan para pemohon untuk seluruhnya.” Ujarnya dalam sidang pleno di gedung MK, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/17).

Dalam pertimbangan, MK menyatakan, pertalian darah atau perkawinan adalah takdir, hal yang tak dapat dielakkan. Selain itu, dengan adanya perkawinan, tidak ada hak orang lain yang terganggu.

Dinyatakan oleh MK, perusahaan mensyaratkan pekerja atau buruh tidak boleh mempunyai pertalian darah atau perkawinan dengan pekerja lain dalam satu perusahaan dan menjadikan hal itu sebagai alasan pemutusan hubungan kerja tidak sejalan dengan norma Pasal 28 D Ayat (2) UUD 1945 serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights.

Arif mengatakan, “Berdasarkan pertimbangan tersebut, permohonan para pemohon beralasan menurut hukum.” Pungkasnya.

Tak hanya mengabulkan permohonan, MK juga menyatakan frasa “kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama” dalam Pasal 153 Ayat 1 Huruf f bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Dalam berkas nomor perkara 13/PUU-XV/2017, delapan pegawai mempermasalahkan pasal yang mengatur soal larangan menikah dengan teman sekantor yang biasa diatur perusahaan.

“Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama.” Hal tersebut diatur dalam Huruf f.

Frasa “kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama” menjadi celah bagi perusahaan melarang pegawainya menikah dengan kawan sekantornya.

Biasanya perusahaan mengharuskan salah satu orang mengundurkan diri dari perusahaan jika pegawai tersebut tetap ingin menikah. Aturan tersebut dinilai bertentangan dengan Pasal 27 Ayat 2, Pasal 28 Ayat 1, Pasal 28C Ayat 1, dan Pasal 28D Ayat 2 UUD 1945.

Karena itu, pemohon meminta MK agar frasa “kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama” dihapuskan.

Fajar mengatakan, “Pemohon ingin agar pengusaha dilarang mem-PHK karena pekerja atau buruh punya pertalian darah atau ikatan perkawinan dengan pekerja atau buruh lainnya dalam satu perusahaan.” Ungkapnya, Selasa (16/5/2017).

Dilansir dari situs MK, para pemohon menjelaskan alasannya mengajukan gugatan tersebut ke MK. Mewakili Pemohon, Jhoni mengatakan, menikah adalah melaksanakan perintah agama.

Dikatakan oleh Jhoni, “Jodoh dalam perkawinan tidak bisa ditentang disebabkan ikatan perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita yang memiliki rasa saling mencintai sulit untuk ditolak.” Ungkapnya. (Kps/Frm)

Check Also

Deklarasi Projo Ganjar, Begini Stategi Ony Setiawan Untuk Pemenangan Pemilu 2024

Tuban, HarianForum.com- Pemilu 2024 didepan mata, Ony Setiawan, SE. Caleg DPRD Provinsi Dapil Jatim XII (Bojonegoro-Tuban) …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *