Politik dan Pemerintahan

Tegaknya Kembali Pilar Sakti Ekonomi, Oleh Petani Nanas Kediri

260
×

Tegaknya Kembali Pilar Sakti Ekonomi, Oleh Petani Nanas Kediri

Sebarkan artikel ini

Kediri, HarianForum.com- Wakil rakyat seharusnya merakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Sepetik syair lagu karya Iwan Fals musisi juga penyanyi legendaris, ternyata tidak membuat telinga merah pertanda marah bagi seorang wakil rakyat kelahiran Sempu, sebuah desa yang berada di wilayah kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Bahkan syair lagu tersebut, justru dijadikan inspirasi dan motivasi Heri Setiawan salah satu anggota DPRD Jawa Timur, sebagai lecutan lebih semangat membangun kepercayaan masyarakat terhadap wakil rakyat sebagai lembaga penyampaian dan perjuangan aspirasi masyarakat.

Amanah duduk sebagai wakil rakyat dirinya ingin memperjuangkan serta mewujudkan pemikiran guru ideologinya, bung Karno. Pemikiran tiga pilar sakti yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. ”Dengan salah satu pilar sakti yaitu berdikari dalam ekonomi atau berdiri diatas kaki sendiri, dimana kesejahteraan akan tercapai ketika masyarakat mampu dan berdaya atas dirinya sendiri, tanpa mengharapkan bantuan dari pihak pihak yang berkepentingan,” terang Heri Setiawan, selesai acara rembug bareng mewujudkan konsep ekonomi berdikari, Rabu (27/11/19).

Dirinya meyakini bersama partainya, dengan niat baik berjuang, memanfaatkan potensi yang ada, serta berbuat yang bermanfaat dengan sekuat tenaga merupakan suatu kemewahan tersendiri baginya. ”Bukan sesuatu yang mudah, pekerjaan panjang dari berbagai kekuatan potensi masyarakat harus terlibat agar terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pemikiran berdikari. Bersama partai demokrasi indonesia perjuangan, kami akan dengan penuh sekuat daya berusaha mewujudkan apa yang pernah dicita citakan oleh Bung Karno,” tegasnya.

Pria kelahiran 1984 dalam angan anganya tidak pernah ada terbersit untuk menjadi seorang politikus, cita citanya hanya sekolah sampai setinggi tingginya hingga dapat menjadi kebanggaan orang tua dan membahagiakan keluarga. Namun kiranya Tuhan berkehendak lain, perjuangan yang tidak sebentar dalam aktivitasnya yang konsisten melakukan pendampingan serta pembelaan terhadap masyarakat petani. Pada pemilu 2019 suara kepercayaan yang diperolehnya telah mengantar seorang petani nanas, Heri Setiawan duduk sebagai anggota legislatif di DPRD Jawa Timur mewakili masyarakat Kediri.

Dalam kesempatan bersama HarianForum.com, Heri juga mengungkapkan pemikirannya. Menurutnya ada sebagian orang yang mempunyai pemikiran bahwa berhenti belajar di perguruan tinggi merupakan mimpi buruk untuk mendapat kesempatan pekerjaan yang layak ditengah kompetisi dan persaingan yang semakin tajam.

Namun perihal pemikiran sebagian orang tersebut nampaknya berbeda dengan pemikiran Heri. Meninggalkan bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Malang, dan memutuskan beralih belajar dari dan dengan alam lingkungan sekitar, alumni SMAN 1 Purwoasri Kediri ini justru mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh para petani, tidak saja permasalah pemasaran hasil pertanian terutama buah nanas yang dihasilkan di sekitarnya, namun masalah yang menurutnya paling penting untuk diselesaikan adalah konflik pertanahan yang dihadapi oleh para petani.

Dengan berbekal niat untuk mendampingi para petani agar tidak terusik dengan permasalahan konflik tanah, dirinya mulai denga banyak membaca, mengadakan diskusi dengan berbagai sumber yang paham pemasalahan agraria.

Dalam penyelesaian perselisihan sangat dibutuhkan penyatuan visi dan misi berjuang bersama. LSM Rantai Kelud disepakati terbentuk dengan tujuan sebagai wadah pengorganisiran, berdiskusi, sampai pada mediasi untuk mendapatkan solusi terhadap penyelesaian konflik tanah di desanya dan desa sekitarnya. Dan dalam perjalanan penyelesaian bersama masyarakat dengan menyita waktu yang panjang, hasil perjuangan telah berbuah keberhasilan dengan diperolehnya keputusan dikembalikannya hak pengelolaan atas tanah kepada masyarakat sekitar.

”Setelah diberikan hak pengelolaan tanah, para petani memulai babak baru dalam menggarap lahan untuk lebih kuantitatif volume produksinya yang diimbangi dengan kualitas produksi yang lebih baik, serta berhasil mengadopsi konsep agrowisata dengan menjadikan daerah tidak hanya sebagai penghasil buah nanas tetapi juga mampu menarik wisatawan yang berkunjung,” pungkas Heri Setiawan. (Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *