Blitar, HarianForum.com- Suasana dalam pasar Legi kota Blitar terlihat lengang, terutama disebelah barat tangga masuk pintu utama. Nyaris tidak terlihat pemandangan aktivitas warga yang berbelanja seperti biasanya pada saat mendekati lebaran.
Sepinya pembeli di dalam areal pasar, diakui Qoniti salah satu pedagang pakaian yang menempati kios yang berada didalam pasar, ditemui HarianForum.com terlihat sedang memberesi barang dagangannnya meskipun waktu belum menunjukkan pukul 15.00 wib.
Qoniti mengungkapkan kondisi pasar benar benar sepi setelah adanya bangunan pasca kebakaran yang telah menghanguskan lantai satu dan sebagian lantai dua tahun pada 2016.Dituturkan, terbangunannya tangga yang berada beberapa meter dari pintu masuk utama di dalam pasar, ditengarai sebagai penyebab sepinya pengunjung atau pembeli di salah satu area.
Kebanyakan calon pembeli yang hendak berbelanja, enggan melewati bangunan yang berada beberapa meter masuk gedung atau bahkan tidak mau masuk karena tidak sedikit yang mengira di belakang tangga tidak ada lagi kios atau lapak yang berjualan.
“Kalau dilihat dari tahun tahun sebelum ada bangunan setelah terbakarnya pasar jauh sekali, bahkan hanya 25% nya. Sepinya karena perhatian para pembeli kalau melihat dari depan pasar pada pintu utama, kalau masuk yang dilihat tangga. Ibaratnya bangunan yang tidak ada penghuninya, mungkin juga dikira pasar yang rusak atau belum diapa apakan. Sesegera mungkin untuk dibenahi, agar dari pintu masuk utama terlihat adanya pedagang yang ada didalam,” tuturnya kepada HarianForum.com mengawali usaha dagang di pasar Legi tahun 1990. Rabu (12/05).
Sepinya pengunjung atau pembeli didalam pasar Legi kota Blitar pada saat ini, tidak hanya dirasakan oleh Qoniti. Permasalah tangga yang dirasa telah mengganggu, ternyata juga disampaikan Ulfa seorang pedagang yang menempati tempat berdagang di barat tangga. Disampaikan Ulfa memulai berdagang di pasar Legi kota Blitar mulai tahun 2006 bahwa tangga yang dibangun setelah kebakaran menjadi salah satu penyebab pembeli enggan masuk.
“Lumayan hari ini masih ada pembeli yang masuk meskipun masa masa pandemi, tidak seperti pada tahun lalu. Kalau ramainya ya tidak seperti sebelum kebakaran. Dulu sangat sangat ramai, jauh ramainya. Ya mungkin karena bangunannya belum 100% atau belum jadi atau kemungkinan ada bangunan yang tidak sesuai, sehingga pedagang banyak yang tidak mau masuk untuk berjualan karena bangunan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh para pedagang. Semua pedagang ingin bangunan tangga diperkecil atau dirubah,” ungkap Ulfa.
Pasar tradisional merupakan salah satu tempat bagi pelaku usaha kecil dan menengah, tempat untuk memasarkan produk produk yang dihasilkan oleh sebagian besar industri kecil menengah.
Dengan terus terjaganya keberadaan pasar tradisional, berarti terjaganya kelangsungan aktivitas usaha kecil menengah yang merupakan motor penggerak ekonomi masyarakat. Keberadaan usaha kecil menengah sangat memiliki kontribusi besar dan penting bagi perekonomian, serta menjadi pilar yang terus mampu bertahan dari hantaman krisis ekonomi.(Ans)