Blitar, HarianForum.com- Arinal Huda, SPd.MSi, mengaku pertama kalinya melihat situs yang berlokasi di petak kawasan hutan wilayah pengelolaan perum perhutani, Resort Pemangkuan Hutan Banjarsari, Pandanarum, kecamatan Sutojayan, kabupaten Blitar.
Bersama aktivis Pandanarum Tandur atau Pandur, kepala bidang pengembangan destinasi dan usaha pariwisata, dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar, menempuh jalan pegunungan yang terjal, berbatu sejauh kurang lebih 2 km dari base camp komunitas Pandur.
Menurut penuturan dari warga sekitar tentang peninggalan sejarah, situs berupa arca telah diberi nama Jaka Tarub. Pemberian nama terhadap arca tersebut, sangat beralasan karena patung yang berbahan dari batu gamping dengan bentuk laki laki tersebut, diperkirakan dibuat tahun 1258 Saka atau 1336 Masehi. (Simanjutak, 1982/1983: 36)
Patung Jaka Tarub merupakan salah satu bukti adanya peninggalan dari kerajaan Majapahit di daerah Blitar bagian selatan.Dengan merujuk dari “Kakawin Negarakertagama” yang dikutip dari beberapa website, bahwa pada tahun 1279 S atau 1357 M, tertulis bercengkerama ke laut selatan berjalan lewat hutan, di Lodaya, lain pula Tetu, di Sediman juga dikunjungi keindahannya juga dinikmati,” (Riana, 2009:117).

Ke laut selatan berjalan melewati hutan Lodaya dulunya Loh Doyong sekarang menjadi Sutojayan, sedangkan Tetu, mempunyai arti bagian dari atap (Zoetmulder, 1995: 1245). Sampai saat ini penyebutan “Tetu” dalam uraian Kakawin Nagarakrtagama, belum ada kepastiannya untuk hasil indentifikasi.
Namun menilik bahwa Tetu itu diartikan dengan atap atau tinggi, dimungkinkan sebagai lokasi peninggalan raja Hayam Wuruk yang bergelar Maharaja Sri Rajasanagara, merupakan raja ke 4 kerajaan Majapahit, yang sering disebut warga dengan situs Jaka Tarub. Situs tersebut terletak di pegunungan yang tinggi di daerah Lodaya atau lokasi kawasan hutan RPH Banjarsari, Pandanarum.
Kemungkinan besar bahwa lokasi situs Jaka Tarub merupakan Tetu seperti yang disebutkan dalam Kakawin Negarakertagama, tempat tinggi menjadi pilihan raja Hayam Wuruk untuk menikmati pemandangan pada saat di Lodaya.
“Setelah melihat situs, disini terdapat suatu potensi yang sangat bisa dikembangkan untuk menjadi tempat wisata budaya atau wisata sejarah. Saya jujur baru pertama kali kesini, dan melihat lokasi disini atas undangan teman teman Pandur. Melihat dan merasakan semangat teman teman Pandur, saya sangat mengapresiasi atas kesolidan untuk bersama sama mengembangkan tempat wisata. Dan saya yakin, bahwa wisata budaya tidak akan pernah mati. Untuk sikap pemerintah dalam dukungan terhadap pengembangan potensi wisata, diaspora (Dinas pariwisata kebudayaan pemuda dan olahraga red), sangat dan selalu mendukung upaya teman teman dalam mengembangkan wisata budaya atau wisata sejarah disini. Semua akan kita dukung semangat masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata baik wisata sejarah, budaya, buatan atau wisata alam dan lainnya,” jelas Arinal Huda kepada HarianForum.com di lokasi situs Jaka Tarub, Rabu (20/01).

Lokasi situs Jaka Tarub terletak di pegunungan kapur Blitar selatan, yang memiliki ciri ciri selain bukit-bukit kecil, terdapatnya aliran air yang membentuk sungai dari bawah permukaan tanah. Tidak jauh dari lokasi situs Jaka Tarub, terdapat beberapa sumber mata air yang terus mengalir meskipun pada waktu musim kemarau. Menurut beberapa pendapat dimungkinkan sumber air tersebut merupakan aliran sungai di bawah pegunungan kapur yang harus dijaga kelestariannya.
Koordinator komunitas Pandanarum Tandur atau Pandur, Ragil Setyo Budi Santoso bersama penggiat lingkungan lainnya mengungkapkan akan tetap eksis dalam melakukan pembelaan dan penjagaan kelestarian lingkungan di sekitarnya termasuk lokasi peninggalan sejarah.
“Situs Jaka Tarub merupakan peninggalan sejarah, tentunya kami bersama sama akan mengelola dengan baik dan semampu kami. Dibutuhkan sinergitas antara masyarakat, penggiat lingkungan dan pihak yang memiliki kawasan, karena tanpa ada sinergitas, pekerjaan untuk melestarikan akan sia – sia, karena yang satu memperbaiki tetapi pihak lain sebaliknya. Sedangkan untuk pengembangan situs Jaka Tarub pengembangan menjadi destinasi wisata, sangat perlunya adanya akses jalan yang mudah untuk menuju lokasi. Sampai saat ini, akses jalan menuju lokasi sangat sulit dilalui kendaraan,” ungkapnya.(Ans)