Kesehatan

Sering Malas, Dikira Manja Ternyata Penyakit

216
×

Sering Malas, Dikira Manja Ternyata Penyakit

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

HarianForum.com – Anda perlu tahu, saat ada orang disekitar anda atau bahkan anak anda terlihat lelah dan inginnya selalu istirahat juga suasana hati yang mudah berubah, bukan berarti dia pemalas atau manja, melainkan bisa saja dia menyandang multiple sclerosis (MS).

Spesialis saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Dr Riwanti Estiasari, SpS(K) mengatakan, kondisi ini disebabkan sel imun tubuh yang menyerang organ-organ tubuh.

“Harusnya kalau ada kuman masuk akan dibunuh sel darah putih. Tapi yang terjadi pada penyandang MS, sel darah putih terlalu aktif dan menyerang sel-sel saraf dan merusak tubuh kita sendiri.” Ujarnya.

Salah seorang penyandang MS, Kanya Puspokusumo, mengaku saat rasa lelah melanda, dirinya bahkan bisa tak sanggup melakukan apapun.

“Lelah seperti habis olahraga seharian lalu beresin rumah seharian. Padahal enggak ngapa-ngapain, capek sekali dan itu harus istirahat. Bisa sebentar bahkan berhari-hari.” Kata Kanya.

Lebih lanjut, selain mudah lelah, penyandang MS juga umumnya terganggu penglihatannya, bermasalah dalam keseimbangan sehingga terkadang bermasalah saat berjalan, mudah kebas atau kram dan bermasalah saat berpikir.

“Lebih dari 50 persen penyandang terganggu penglihatannya, dari pandangannya kabur, sampai menghilang, gangguan keseimbangan dan memburuk pada kondisi panas. Pasien tidak suka panas, mandi air terlalu panas, penglihatan suka dirasa menurun.” Papar Riwanti.

Namun yang membuat frustasi adalah gejala yang hilang dan timbul. Inilah yang terkadang membuat penderita mendapat label pemalas dan manja.

“Gejalanya hilang timbul, bulan ini kakinya diseret-seret, bulan depan enggak lagi atau lain lagi gejalanya. Bisa sewaktu-waktu memberat. Kadang dianggap berpura-pura, malas hingga gangguan jiwa.” Kata Riwanti.

Hanya saja, seseorang tak bisa langsung didiagnosis menyandang multiple sclerosis hanya berkaca pada gejala yang disebutkan di atas. Dokter harus melakukan sejumlah pemeriksaan dulu untuk memastikannya.

“Kalau sudah ada gejala bisa dilakukan pemeriksaan MRI, pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan otak dan saraf. Tetapi, gejalanya memang tidak khas dan seringkali harus ditunggu. Ketika diperiksa kadang-kadang tidak ada apa-apa.” Tutur Riwanti. (Lpt-6/Frm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *