Jombang, HarianForum.com – Tekat bulat Pemerintah Desa Bandung dalam berbenah diri, bener-bener dapat dirasakan oleh warganya. Karena warga desa Bandung yang mayoritas sebagai pedagang tersebut berbenah dari jantung ekonomi desa yakni, pasar.
Terlihat semrawut, itulah kesan saat kita melintas dijalan raya Ceweng-Jogoroto tepatnya di pasar desa Bandung, utamanya di sisi sebelah utara jalan. Pasalnya para pedagang pemilik kios pasar tersebut menambahkan bangunan semi permanen yang tidak seragam didepan kios/toko mereka.
Akibatnya tidak sedap dipandang mata. Seperti yang diungkapkan Khoirul Anas sekertaris desa Bandung kecamatan Diwek, Jombang.
Dikatakannya, “Kami akan rapikan semuanya, kita buatkan kanopi pada depan toko mereka agar terlihat rapi dan enak dipandang,” kata pak carik biasa dia disapa.
Hal ini penting, ungkap Dia. Jaman sekarang masyarakat butuh pelayanan yang aman dan nyaman, “kalau tempatnya saja semrawut mana bisa memberikan pelayanan yang nyaman.” tambahnya.
Atas dasar itulah pemerintah desa Bandung dibawah kepemimpinan Muhammad Fathoni terus berbenah diri, salah satunya yang dilakukan merenovasi pasar desa, dengan membongkar total lapak lama dibagian belakang, dibangun kembali dalam ukuran yang sama dan dibuat lebih rapi agar mempermudah pelayanan terhadap pelanggan.
Desa yang terkenal dengan penghasil Kecambah ale ini berpenduduk 11 ribu lebih dengan hak pilih 8.600 orang, berdagang menjadi pekerjaan utama warga desa Bandung, yakni mencapai 70 persen dari jumlah penduduk, dan yang 30 persen lagi berpenghasilan sebagai petani
Diketahui bersama sebanyak 70 persen warga Bandung tersebut sebagian besar berdagang diluar desa Bandung yang tersebar di wilayah Jawa Timur, sedangkan pertanian yang ada di desa Bandung adalah pertanian tanaman pangan.
Seperti yang diungkapkan Muhammad Fathoni selaku kepala desa bahwa, rata–rata per hari produksi kecambah ale di desa Bandung mencapai 2 ton perhari dengan pemasaran Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto dan seluruh pasar besar di Surabaya.
Menurutnya, bahan baku kecambah ale, dulu–dulunya diperoleh dari daerah Probolinggo dan sekitarnya hingga NTT. “Sekarang mereka mengambil bahan baku biji Klampis/Asem ranji dari daerah Sorong Papua, mereka punya pengepul sendiri didaerah tersebut dengan pengiriman satu kontainer sekali kirim ke desa Bandung dalam waktu yang ditentukan.” Ujar Muhammad Fathoni.
Selain kecambah ale, desa Bandung juga terkenal dengan produksi permen jahe dan produksi sesek. Sedangkan usaha yang sedang berkembang saat ini adalah budidaya ikan lele dan gurami yang keberadaannya mulai dilirik oleh Dinas Perikanan kabupaten Jombang, yang rencananya akan ada pembinaan secara berkelanjutan.
Pada kesempatan ini Muhammad Fathoni yang didampingi Khoirul Anas kepada HarianForum Rabu (13/09/17) mengatakan, untuk anggaran Dana Desa (DD) tahun ini dilaksanakan sesuai dengan pengajuan dalam Musren Bangdes yakni, pavingisasi dan rehap pasar.
Untuk paving, berada di dusun Sumber Suko, Sugeh waras dan Randu Lawang, untuk rehap pasar dilaksanakan dengan renovasi total dibagian dalam dan luar pasar.
Pagu Indikatif Daerah ( PID ) dipergunakan untuk bedah rumah tidak layak huni sebanyak 2 unit, dengan masing-masing sebesar 15 juta dan ditambah pembangunan tempat sampah dan MCK.(yog/yun/sn)