Nganjuk, HarianForum.com – Pengakuan Dosa yang dilakukan sejumlah petani di Kabupaten Nganjuk melalui diskusi tadi siang Jumat (11/08/2017) adalah, kerusakan pada tanaman Bawang Merah yg diberitakan disebagian Kabupaten Nganjuk tidak serta merta diakibatkan serangan ulat.
Tetapi lebih di akibatkan keracunan yg di sebabkan rendahnya PH tanah, pemicunya adalah petani cenderung menggunakan pupuk asam di tanaman sebelumnya, akibat dari perlakuan tersebut daun mengering dimulai dari pucuk
Faktor lain yang menyebabkan kerusakan adalah, pupuk yang di gunakan sebagian besar menggunakan pupuk ZA yang mengandung sulfur yg seharusnya tidak di butuhkan tatkala musim basah.
Keadaan tersebut diperparah dengan nyarisnya penggunaan pupuk organik pada tanaman, dan bahkan kapurpun tidak nampak diaplikasikan di sawah.
Perbuatan “dosa” lainya yang dilakukan petani adalah, tidak memberikan Mikroba kepada tanaman, baik Agens Hayati atupun Mikro Organisme Lokal yang biasa di sebut MOL, dan itu bisa mengakibatkan rendahnya PH tanah.
Sehingga dampak tanah asam pada fase vegetatif, tanaman macet ini sering terjadi selepas di dangir umur 25 hari tanam, akhirnya respon terhadap pemupukan rendah sekali
Dampak tanah asam pada fase generatif yakni terjadinya daun yg mengering dimulai dari pucuk sampai seluruh daun mengering seluruhnya ini terjadi pada umur 50 hari keatas.
Kejadian ini banyak terjadi pada semua tanaman, yang sebelumnya juga menyerang tanaman bawang merah bahkan Tahun ini juga terjadi pada tanaman perbulan April/ Mei walaupun itu pertanaman pertama.Hal ituterjadi di wilayah Kecamatan Sukomoro dan Kecamatan Gondang
Hal itu disebabkan jumlah pupuk an-organik pada bawang merah sangat banyak maka sering terjadi pada tanaman berikutnya/kedua bawang merah akan cenderung menunjukkan keracunan.
Sehingga air siraman tidak bisa meresap /ngglender – Tanaman bawang merah pada waktu bagus cenderung malah menambah jumlah pupuk sehingga berdampak pd tanaman berikutnya
Lain halnya pada tanaman bulan akhir Mei – Juni, jika tanaman sebelumnya kedelai maka kondisinya jauh lebih baik.
Semua uraian diatas adalah pengakuan “dosa” para petani inovatif di Nganjuk yang dimotori Ahmad Syaikhu ketua P4S Buana Lestari sekaligus Pengurus GPN Gerakan Petani Nusantara Jatim.
Sementara itu melalui telp seluler DR. Gatot Mujiono dari Universitas Brawijaya Malang menanggapi positif dari hasil diskusi tersebut, Menurutnya, pengakuan dosa ini bukan untuk dihujat, dan mencari siapa yang salah,tetapi kita gunakan sebagai sumber pustaka yang lengkap ketika kita nanti bertemu dg saudara kelompok tani bawang merah, dan bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelusuran budidaya dari sejak pra tanam hingga panen.(snk)