Seni Budaya

Sejarah Pabrik Gula Lestari Nganjuk Pelopor Pergerakan Nasional

1361
×

Sejarah Pabrik Gula Lestari Nganjuk Pelopor Pergerakan Nasional

Sebarkan artikel ini

A. Berdirinya Pabrik Gula Lestari.

Jejak berdirinya pabrik gula Lestari ditelusuri oleh tim PAKASA atau Paguyuban Abdi Dalem karaton Surakarta Hadiningrat cabang Nganjuk. Penelitian dipimpin oleh KRT Sukoco Madunagoro pada hari Minggu, 10 Januari 2021.

Turut menyertai kegiatan kultural akademis ini KMT Ida Madusari. Untuk kelancaran penelusuran sejarah pabrik gula Lestari datang pula Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA melakukan pencatatan historis Nganjuk sejak tahun 2001. Waktu itu Bupati Nganjuk dijabat oleh Dr Soetrisno R M.Si. Referensi Nganjuk merupakan sarana untuk memperlancar kajian Kabupaten.

Hasil kajian tentang Kabupaten Nganjuk dibukukan. Berjudul Gotong Royong, Ensiklopedi Nganjuk, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, kidung Pakeliran. Kesadaran literasi penting buat pembinaan generasi muda. Termasuk pengetahuan tentang kejayaan industri gula.

Pabrik Gula Lestari berdiri pada tahun 1909. Bertempat di desa Ngrombot Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Pabrik gula ini berdiri megah mewah dan indah. Tepat di sebelah barat aliran Kali Brantas.

Atas inisiatif RMAA Sosrohadikusumo pabrik gula Lestari berjalan lancar. Bupati Nganjuk yang memerintah tahun 1901-1923 ini punya koneksi luas. Investor diajak menanamkan modal. Roda ekonomi berputar teratur. Rakyat pun hidup kecukupan makmur.

Resmi sudah pabrik gula yang dibuka oleh KGPH Hangabehi, putra mahkota Karaton Surakarta Hadiningrat. Kebetulan KGPH Hangabehi menjabat sebagai Pangarsa Dewan Karaton sejak tahun 1905.

Peresmian ini juga dihadiri oleh RMAA Sosrodiningrat IV. Patih Surakarta ini menjabat Perdana Menteri Kerajaan. Kedudukan Patih memang strategis dalam perspektif politis dan bisnis.

Investor dunia yang bergerak dalam bidang gula dikoordinir oleh NV Maatschapipij Suikers Fabriek. Daerah Ngrombot Patianrowo Nganjuk kondusif untuk mengembangkan usaha gula.

Bupati RMAA Sosrohadikusumo berpikiran maju, dinamis dan kreatif. Peluang bisnis gula pasti membawa kesejahteraan. Lapangan kerja terbuka luas. Tentu berdampak pada sektor ekonomi rakyat.

Gula menjadi komoditas unggulan tanah Jawa. Karaton Surakarta Hadiningrat tampil sebagai Kerajaan yang kaya raya berkat sokongan finansial Pabrik gula Manis Harjo. Pura Mangkunegaran sukses mengembangkan seni budaya sastra bahasa karena berhasil mengelola Pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu.

Mangkunegara IV yang memerintah tahun 1851-1881 teladan penguasa dan pengusaha. Lewat karya sastra bermutu tinggi, dunia menyebut Mangkunegar IV sebagai pujangga ulung. Serat tripama mengajar konsep guna kaya purun. Guna terkait kecerdasan. Kaya bermakna kekayaan.
Purun bertali erat dengan faktor kesetiaan.

Kedudukan Mangkunegara IV sangat istimewa dalam sejarah peradaban. Lewat pabrik gula dunia mengenal Mangkunegara IV sebagai pengusaha yang sukses gemilang. Sebagai pejabat Pura Mangkunegaran, lantas mendapat legitimasi sebagai penguasa ber budi bawa laksana.

Dr. Purwadi (kiri).

Ahli teknologi gula dari Pura Mangkunegaran dan Karaton Surakarta Hadiningrat membantu proses pembangunan Pabrik Gula Lestari. Statusnya sebagai konsultan aktif. Kerja besar ini melibatkan warga Wilangan, Bagor, Rejoso, Ngetos, Berbek, Gondang, Jatikalen, Baron, Pace, Loceret.

Partisipasi masyarakat juga ditunjukkan warga Prambon, Kertosono warujayeng, Ngronggot, Ngluyu, Tanjunganom, Sawahan. Rit klampit brungkat kimpul. Bersatu padu agar hidup tambah maju. Semangat gotong royong kentara sekali pada masa awal berdirinya pabrik gula Lestari. Kejadian yang penuh dengan nilai keteladanan.

A. Sumbangan Bagi Ibu Pertiwi.

Cukup bikin bangga bahwa Pakasa Nganjuk aktif menelusuri rekam jejak peradaban. KRT Sukoco Madunagoro beserta pengurus bersemangat mengikuti acara budaya. Sekali tempo bersama dengan warga Pakasa Kediri, Trenggalek, Blitar, Sidoarjo, Klaten, Wonogiri, Boyolali. Para abdi dalem ini siap untuk setiya rumeksa saraya.

Pengkajian atas sejarah pabrik gula Lestari merupakan usaha untuk menggali kearifan lokal. Ibarat emas yang berkilauan, pabrik gula Lestari sudah memberi kontribusi. Perjalanan negeri ini disertai dengan masa kejayaan yang patut dikenang.

Organisasi Budi Utomo berdiri tanggal 20 Mei 1908. Selaku ketua cabang Nganjuk ditunjuk RMAA Sosrohadikusumo. Jaringan pergaulan yang luas membuat namanya terkenal. Kemampuan lobi handal. Berdirilah pabrik gula Lestari dengan penuh kecerdikan serta kelincahan.

Usaha marketing pabrik gula mendapat keuntungan berlipat ganda. Organisasi Budi Utomo diberi sokongan dana. Bantuan ini untuk meningkatkan mutu pendidikan dan ketrampilan anak muda.

Administratur pabrik gula Lestari selalu murah ramah. Perkembangan Persarikatan Muhammadyah di Nganjuk tahun 1918 dibantu untuk memperoleh tanah Wakaf di daerah Kauman Nganjuk. Amal usaha pendidikan Muhammadyah berkembang pesat.

Pondok Pesantren di sekitar Nganjuk yang dikelola oleh Nadhatul Ulama didukung penuh. Pabrik gula Lestari dengan suka rela membantu pembangunan lembaga pendidikan pesantren. Dengan harapan terwujud masyarakat yang baldhatun thoyyibatun warabun ghafur.

Seni budaya diuri uri agar basuki lestari. Adat istiadat tradisional dipelihara. Pabrik gula memiliki program rutin sebagai wujud kepedulian.

Tiap buka giling diselenggarakan atraksi seni budaya. Wayang wong, wayang kulit, wayang gedhog, wayang krucil, wayang thengul pentas meriah. Warga masyarakat terhibur senang.

Ketoprak, ludruk, jaranan, tayuban, reyog ditanggap. Seniman bersemangat untuk berkarya. Kentrung ditampilkab dengan cerita serial. Begitulah suasana yang nggayeng regeng di lingkungan pabrik gula Lestari saat buka giling.

Cembengan adalah upacara manten tebu. Bagi warga sekitar upacara ini dianggap sakral. Kesuburan tanah karena terjaga oleh hikmahnya upacara Cembengan. Hama pergi, pengganggu sirna, penyakit menyungkir. Upacara Cembengan juga jadi sarana tolak balak.

Gula itu manis. Jadi lambang kebahagiaan, kemuliaan, keluhuran, keagungan, kekayaan, kegagahan, kemandirian. Manisnya gula tentu bikin rindu.

Dhandhanggula.

Jenang gula aja nganti lali,
ali ali niki sulih kula,
aja dianggep sepele,
kula mbotena melu,
amung ati tansah nggondheli,
yen dadi lara gela,
sedhih rinten dalu,
ketok ketoken kewala,
nganti anti apa besuk bakal bali,
yen bali beja kula.

Lelagon itu amat populer di kalangan budaya Jawa. Gula dianggap barang penting. Lagu dhandhanggula berjumlah 10 baris. Namun mudah dihafal. Karena isinya cukup mengesankan.

Tembang dhandhanggula diciptakan oleh Sunan Kalijaga tahun 1478. Pada jaman Karaton Demak Bintara digunakan sebagai sarana dakwah Islamiyah. Berisi tentang pitutur luhur, kebajikan dan keutamaan.

Kitab Wulangreh karya Sinuwun Paku Buwana IV misalnya. Dimulai dengan tembang dhandhanggula. Bertema makna hakikat hidup. Serat Wulangreh cukup penting sebagai bahan refleksi kehidupan.

Serat tripama ditulis dalam bentuk tembang dhandhanggula. Berjumlah 7 bait. Tema keprajuritan dilagukan dengan cengkok palaran. Begitu asyik banget. Bikin ketagihan seni.

Pegelaran wayang purwa dibuka dengan gendhing patalan. Palaran dhandhanggula berkumandang merdu. Dhandhanggula mengingatkan manisnya gula.

Pentas wayang purwa di halaman pabrik gula Lestari. Diharapkan masyarakat di Kabupaten Nganjuk selalu ginanjar suasana manis. Sejahtera lahir batin, guyub rukun, aman damai.

 

(Dr. Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *