Pertanian

Seandainya Ada SL PHT, Gejala Dan Populasi Hama Bisa Diketahui

320
×

Seandainya Ada SL PHT, Gejala Dan Populasi Hama Bisa Diketahui

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Terbentur adanya kegiatan, HarianForum.com belum berhasil menemui kepala dinas Pertanian dan Pangan kabupaten Blitar, untuk memperoleh informasi tentang langkah serta tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar atas penanganan atau pengendalian adanya ledakan hama wereng yang terjadi di desa Darungan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.

Padi ditanam tumbuh lalang, peribahasa saat ini paling tepat dirasakan oleh beberapa petani di salah satu desa di wilayah kabupaten Blitar. Sawah yang ditanami padi diharapkan mendapatkan hasil, ternyata urung dengan adanya agresi yang dilakukan hama wereng coklat.Ganasnya serangan hama species N. lugens ini tidak hanya merusak tanaman padi yang masih muda, namun hama tersebut juga menyerang pada tanaman padi yang sudah tua atau mendekati masa panen.

Dengan berhitung untung rugi atas kegagalan panen, para petani yang lahannya terserang hama terpaksa memanen padi sebelum waktunya. Diperkirakan puluhan hektar lahan telah terdampak serangan yang memiliki nama ilmiah Nilaparvata lugens, dan sebagian tanaman padi masa tanam 40 hari terlihat daunnya sudah menguning, namun pada pangkal batangnya sudah membusuk.

H. Syaikhu Ahmad, pengurus Nasional Gerakan Petani Nusantara atau GPN, menjawab HarianForum.com melalui telepon seluler menyampaikan tentang kondisi dan solusi adanya serangan wereng coklat yang telah mewabah. Dituturkan oleh Syaikhu Ahmad bahwa terjadinya ledakan hama karena sudah tidak adanya keseimbangan ekosistem di dalam tanah. Kondisinya di dalam tanah agroekosistem telah habis sehingga musuh alami yang bersifat mikroba sudah tidak ada. Pada kondisi tersebut telurnya bisa menetas secara signifikan.

“Perlunya dibenahi dari bawah, tingkat keasaman atau pH tanah harus netral, bahan organik tanah yang bersifat mikroba atau kompos feementasi sangat kurang. Tanaman padi memproduksi silikat, maka kekurangan silikat bisa dicukupi dengan jerami padi hasil panen. Tetapi biasanya jerami hasil panen di bawa pulang mungkin untuk makanan ternak, sehingga silikat tidak pernah tertinggal oleh tanaman. Dalam budidaya padi terdapat unsur mikro silikat, Zn dan makronya P dan K,” tuturnya.

H. Syaikhu Ahmad juga menjelaskan dari sebagian besar tanaman yang terserang wereng, biasanya dosis penggunaan pupuk urea atau N terlalu tinggi. Sehingga tanaman padi tidak memiliki kekebalan terhadap serangan hama maupun penyakit. Kalau di blitar saat ini terjadi perkembangan dengan cepat biasanya telur terkendali diabdaikan H. Syaikhu kalau ada 500 ekor apabila ada musuh alami yang ada di tanah yang mempunyai sifat mikroba, minimalnya separonya terkendali.

Tindakan pencegahannya menurut H. Syaikhu Ahmad, memasukkan musuh alami dengan agen hayati sedini mungkin seperti Lecanicium, jamur Metarhizium atau Beauveria. Ditambahkan penjelasannya, sebenarnya serangan hama bisa dikendalikan sedini mungkin. Dari awal sudah terlihat gejala gejala pada umur 25 sampai 40 hari. Namun biasanya banyak yang enggan melakukan pengamatan. Dan setelah atau sudah terjadi peledakan serangan baru dilakukan pengamatan.

“Seandainya ada sekolah lapang pengendalian hama terpadu atau SL PHT mingguan, setidaknya gejala dan populasi hama maupun penyakit dapat terdeteksi. Marilah kita kembali ke habitat alam budidaya padi. Kita tidak bisa memaksakan hasil produksi dari menurut keinginan kita, malah justru kita harus mengerti apa yang dibutuhkan oleh tanaman padi. Kalau mengikuti keinginan hasil produksi yang tinggi, pastinya menggunakan pupuk yang berlebihan terutama N, subur namun tanaman padi tersebut sistem kekebalan akan menurun bakan hilang,” pungkas H. Syaikhu Ahmad.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *