Kediri, HarianForum.com- Tidak ada kamus putus berinovasi bagi Sarianto, meskipun destinasi wisata Kampung Stroberi di lereng gunung Kelud yang dulu dikelolanya sekarang menjadi sebuah cerita, namun kondisi tersebut tidak mengubah pendiriannya sebagai petani kreatif sampai saat ini.
Wisata edukasi pertanian petik strawberi di desa Babadan, kecamatan Ngancar, kabupaten Kediri yang pernah kondang di tahun 2016, masih nampak menyisakan tempat untuk menanam buah stroberi. Dengan kemampuannya, petani yang berdomisili di desa Babadan kecamatan Ngancar pernah menghasilkan ukuran buah stroberi sekepal tangan orang dewasa, sehingga sempat menarik perhatian beberapa pelancong sekaligus peneliti tanaman dari Australia.
Lahan pekarangan dengan luas kurang lebih 2500 meter persegi, pakde Sari panggilan akrab Sarianto, sampai saat ini terus memanfaatkan tanah pekarangannya untuk tempat pembibitan berbagai jenis tanaman buah aplukat, kelengkeng, jambu kristal, sawo, jeruk, serta tanaman holti lainnya.Tidak hanya sebagai tempat pembibitan, sebagian lahan juga digunakan oleh petani suka humor ini untuk memproduksi pupuk organik tanaman.
Untuk saat ini pakde Sari tertarik melakukan pengembangan atau budidaya tanaman alpukat lokal. Buah dengan bentuk lonjong ukuran rata rata 20 cm, masak atau tua dipohon dengan kulit lebih dominan warna hijau agak tua namun cerah dan mempunyai daging yang tebal namun kecil bijinya.
“5 tahun saya terus meneliti dan mengembangkan jenis tanaman buah aplukat lokal dengan kualitas yang tidak kalah dengan buah alpukat unggulan lainnya. Sedangkan pengembangannya dengan menggunakan tanam biji buah yang saya peroleh dari teman saya,” terang Sarianto sambil menunjukkan buah alpukat ukuran besar yang hampir tua.
Sarianto meneruskan ceritanya tentang perjalanan budidaya aplukat Saribad, nama buah alpukat hasil budidayanya. Pemberian nama buah yang memiliki senyawa antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas ini, atas inisiatif dari teman petani dan pembudidaya tanaman buah Choirul Anam dan Choirul Umam keduanya merupakan warga kabupaten Blitar. Untuk nama Saribad, diceritakannya nama tersebut sebagai apresiasi serta pengingat nama dirinya Sarianto dari desa Babadan.
“Pemberian nama Saribad atas usulan teman teman dari Blitar. Menurut temannya untuk mengapresiasi nama Sarianto dari desa Babadan,” ujarnya di gubuk tani miliknya.
“Pohon alpukat jenis ini berbuah diusia 4 sampai 5 tahun dan berbuah setahun sekali. Satu pohon bisa menghasilkan sekitar 500 buah dengan bobot perbuahnya rata rata 1,2 kilo walaupun ada beberapa buah mempunyai bobot 1,5 kilo bahkan pernah ada yang 1,6 kilo. Mempunyai daging buah yang tebal dengan biji kecil, untuk rasa buah alpukat ini didominasi gurih, sedangkan kulit buah sulit terkelupas,” imbuh Pakde Sari.
Sementara Choirul Umam warga desa Pojok Garum Blitar yang juga petani pembibit tanaman buah. Sangat tertarik melihat buah yang dikembangkan oleh Sarianto. “Kalau setiap pohonnya mampu menghasilkan sekitar 500 buah dengan rata rata bobot 1,2 kilogram dan dikembangkan secara serius maka untuk kedepan masyarakat dari semua kemampuan daya beli bisa menikmati buah aplukat karena harga yang terjangkau,” ungkap Choirul Umam mengapresiasi aplukat Saribad.(Ans)