Blitar, HarianForum.com- Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya atau P4S Integrated Farming Indonesia merupakan pilot project yang tidak hanya menjadi media pemberdayaan petani, namun juga sebagai laboratorium mini dalam pengembangan pola pertanian terpadu di kabupaten Blitar. Keinginan untuk mewujudkan desa Sragi sebagai desa percontohan kedaulatan pangan, dengan menargetkan hasil produksi padi kurang lebih 12 ton setiap luasan lahan 1 hektare tetap konsisten menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, presisi dan terintegrasi, bukan sebuah impian.
Optimisme akan keberhasilan tersebut diungkapkan Ir. Moh. Arif Anshori, koordinator kelompok jabatan fungsional dinas pertanian kabupaten Blitar kepada HarianForum.com saat mendampingi tim BBPP Ketindan Malang, dalam reklasifikasi P4S yang dilaksanakan pada tanggal 27 sampai dengan tanggal 30 Juli 2020.
“Selain kedisiplinan serta komitmen para petani, sangat diperlukan adanya pendampingan yang aktif dari para penyuluh pertanian, termasuk melakukan adopsi adopsi teknologi. Dengan adanya peningkatan produktivitas, diharapkan bisa menularkan dan menjadi multiplier effect di wilayah wilayah lain. Percepatan peningkatan produksi dengan efisiensi biaya, tetap menjaga kelestarian lingkungan dan adanya peningkatan pendapatan bagi para petani, kedaulatan pangan segera tercapai,” ungkap Ir Moh. Arif Sholeh dengan optimis menyampaikan kepada HarianForum.com.(29/7/20).
Di lokasi dan waktu yang sama, Mujib, SM memberi apresiasi penuh kepada pengelola P4S Integrated Farming saat
mengikuti pelaksanaan reklasifikasi P4S. Wakil ketua DPRD kabupaten Blitar melihat inovasi inovasi yang dilakukan petani di desa Sragi harus didukung secara penuh. Pernah menyandang sebagai petani terbaik tingkat nasional, Mujib selain sebagai anggota legislatif dan praktisi pertanian, menyampaikan penghargaan kepada Setyo Budiawan, petani yang telah mengembangkan inovasi teknologi pertanian dan melakukan kemajuan di pertanian maupun peternakan dengan melaksanakan program Metode Hayati Indonesia atau MHI.
“Terbukti adanya peningkatan produksi hasil panen gabah dari 7 ton per hektare menjadi 12 sampai dengan 14 ton per hektare. Dan untuk peternakan, penggemukan sapi juga mengalami adanya peningkatan kualitas bobot dari 0,6 sampai dengan 0,8 dengan cara ngarit menjadi 2 sampai dengan 4 kg per hari dengan menggunakan metode hayati indonesia. Saya mendorong kepada pemerintah daerah agar memberikan dukungan penuh baik dengan pendampingan maupun anggaran kepada petani yang mengembangkan teknologi ini. Dan berikutnya harus bisa memberikan edukasi petani yang lain untuk mengikuti dan melaksanakan budidaya dengan menggunakan metode hayati Indonesia. Semua bekerja lebih keras, dan lebih terpadu serta tetap menjaga semabgat gotong royong agar pasokan pangan rakyat terjamin,” tandasnya.
Dikonfirmasi adanya pelaksanaan reklasifikasi oleh BBPP sebagai pembina P4S, salah satu tim klasifikasi memberikan penjelasan tentang tujuan adanya penilaian terhadap P4S. Sesuai dengan permentan RI nomor 33 tahun 2016, bahwa penilaian klasifikasi kelembagaan pelatihan pertanian swadaya untuk kelompok tani yang sudah terbentuk dan memenuhi standart kemampuan sebagai lembaga pelatihan dan memenuhi syarat adminitrasi.
“Dengan hasil penilaian, dapat menjadi dasar dalam pembinaan peningkatan kapasitas kelompok tani. Sesuai dengan permentan RI nomor 33 tahun 2016, salah satu usaha yang dijalankan oleh bapak Setya, telah memperoleh pengakuan sebagai kelembagaan pelatihan pertanian perdesaan swadaya dikarenakan beliau sebagai pelaku utama dan atau pelaku usaha yang memiliki keunggulan dalam melakukan usaha tani melalui penerapan norma budidaya yang baik atau GAP. Dan bapak Setya juga memiliki jiwa sukarela atau berjiwa volunteer, maka sesuai amanah permentan 33 tahun 2016, diharapkan beliau untuk tetap berinovasi dan menjaga eksistensi dalam mengikuti tahapan klasifikasi kelembagaan pelatihan pertanian swadaya yang beliau tumbuhkan,” tandas salah satu anggota tim dari BBPP Ketindan Malang, yang lupa tidak dikonfirm namanya.(Ans)