Pertanian

Petani Bawang Merah Blitar, Korban Keganasan Moler

394
×

Petani Bawang Merah Blitar, Korban Keganasan Moler

Sebarkan artikel ini

Blitar, HarianForum.com- Petani bawang merah di kabupaten Blitar untuk masa panen saat ini dipastikan banyak yang mengalami gagal panen. Ketidak berhasilan para petani bawang merah untuk menuai hasil dari tanaman Allium cepa ini, akibat dari pengaruh iklim.

Rusaknya tanaman bawang merah terlihat pada akar yang membusuk, mudah dicabut, daun tanaman terkulai, serta daun melintir dan mengerut di beberapa lahan, tidak hanya di desa Minggirsari maupun Gogodeso kecamatan Kanigoro, akan tetapi rusaknya tanaman bawang merah akibat penyakit Moler terjadi di desa Darungan kecamatan Kademangan. Bahkan kerusakan tanaman yang berasal dari Iran maupun Pakistan ini terjadi juga pada lahan tanam di desa Tuliskriyo kecamatan Sanan Kulon.

Mukayat, petani bawang merah yang mempunyai lahan tanam di kecamatan Kanigoro, mengaku saat ini untuk hasil tanam bawang merah memang mengalami kegagalan. Petani yang tinggal di desa Minggirsari memberi kesimpulan kegagalan panen dimungkinkan adanya perubahan iklim yang mempengaruhi perkembangan jamur patogen secara fisiologis dan molekuler. “Tanaman bawang merah biasanya terkena penyakit moler, dan penyakit tersebut disebabkan oleh jamur fusarium. Moler tersebut biasanya menyerang dalam kondisi curah hujan tinggi,” terangnya.


Namun Mukayat juga menjelaskan untuk tanaman bawang merah jenis thailand lebih mudah terserang penyakit, sedangkan jenis bauchi masih bisa bertahan dari serangan.

Penyakit moler yang menjangkit secara merata pada lahan lahan tanaman bawang merah di kabupaten Blitar, juga tidak luput menyerang di lahan Nur Hasyim Taqwim. Petani yang mempunyai lahan di desa Tuliskriyo, kecamatan Sanan Kulon mengungkapkan bahwa dirinya tidak lagi bisa berharap untuk dapat memanen bawang merahnya “Awalnya tanaman saya bagus, namun setelah satu bulan mulai menunjukkan gejala terkena jamur. Ditambah 15 hari tanaman saya benar benar sudah terlihat rusak dan tidak bisa dipanen,” ungkap Nur Hasyim

Penyakit moler atau layu fusarium
merupakan penyakit tanaman yang berbahaya dan sering kali menyerang pada tanaman bawang merah. Timbulnya penyakit moler ini, adanya jamur patogen fusarium. Penyakit tersebut sering menyerang tanaman bawang merah terutama pada musim hujan dan curah hujan tinggi serta kondisi lingkungan yang lembab.

Tidak berbeda yang dialami oleh Mukayat dan Nur Hasyim Taqwim atau beberapa petani bawang merah lainnya, Sumidi yang tinggal di desa Gogodeso kecamatan Kanigoro, juga mengakui telah mengalami gagal panen untuk musim tanam tahun ini. Lahan seluas 1 hektar lebih yang ditanami bawang merah hampir seluruhnya terserang penyakit moler. “Tanda tandanya mendadak layu, dan tingkat kerusakan akibat penyakit moler bisa mencapai 90% atau hampir seluruhnya. Penyakit ini disebabkan adanya jamur dengan cepat menginfeksi melalui perakaran dan umbi.Akibat terinfeksi, menyebabkan umbi membusuk. Dan biasanya juga terdapat jamur warna putih yang mengakibatkan tanaman bawang merah itu mati,” terang Sumidi kepada HarianForum.com.

Disoal kerugian akibat penyakit moler, Sumidi memberikan gambaran perhitungan mulai benih, pupuk, obat dan tenaga kerja. Dari jumlah yang dikalkulasi untuk lahan 1 hektar dibutuhkan biaya awal tanam sampai panen kurang lebih 50 juta rupiah “Saya pernah berhasil panen, namun saat ini gagal namun saya juga tidak akan mempermasalahkan. Kejadian alamiah ini saya jadikan pelajaran yang sangat berharga, untuk belajar mengantisipasi datangnya penyakit,” Sumidi melajutkan “Selama ini tidak pernah ada bantuan dari pemerintah dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan penanaman bawang merah. Teman teman petani yang menanam bawang merah termasuk saya, semuanya menggunakan dana sendiri atau swadaya,” imbuhnya.

Sumidi mempunyai alasan untuk melakukan budidaya bawang merah. Menurutnya peluang budidaya bawang merah mempunyai prospek yang signifikan bagi petani untuk bisa mendukung ekonomi.

Namun Sumidi juga mengungkapkan, sangat menyayangkan selama ini tidak ada responsif dari OPD yang berhubungan dengan pertanian. OPD seharusnya peka melihat potensi pertanian di kabupaten Blitar terutama tanaman bawang merah. Sumidi mengharapkan kehadiran pemerintah daerah secepatnya membentuk sebuah wadah yang dikhususkan untuk petani bawang merah di kabupaten Blitar. Dengan adanya wadah petani bawang merah, dapat dijadikan media belajar meningkatkan hasil, mengantisipasi penurunan hasil panen dan bisa dijadikan tempat inisiasi pengembangan tehnologi pertanian khususnya bawang merah.(Ans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *