Nganjuk, HarianForum.com- Peringati Kudeta 27 Juli (Kudatuli) ke 24 tahun 2020, Susilo Muslim selaku pelaku dalam Kudatuli gelar acara tasyakuran untuk mengenang para pejuang yang masih ada maupun yang sudah tiada dalam pejuangan Kudatuli.
Digelar di Kantor PDI Kabupaten Nganjuk lama, tasyakuran tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD sekaligus Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk Tatit Heru Cahyono, Wakil Bupati Nganjuk yang sekaligus Ketua Bidang DPD PDI Perjuangan Jatim Marhaen Djumadi, Kasat Intel Polres Nganjuk Pramono beserta jajaran serta Para Kader PDI Perjuangan.
Dalam acara tersebut, Tatit Heru Tjahjono mengatakan bahwa peristiwa 27 Juli adalah cikal bakal berdirinya PDI Perjuangan yang sebelumnya masih bernama PDI, jadi Kader – Kader Partai harus tahu sejarah ini.
Selain itu, Marhaen Djumadi dalam sambutannya menjelaskan kepada seluruh kader partai mengapa sampai terjadi Kudatuli dan relefansinya. Karena hal ini sangat penting untuk pengetahuan para kader partai.
Sementara itu, Susilo Muslim yang akrab disapa Mbah Muslim yang merupakan pemimpin dalam mempertahankan gedung DPP PDI di Jakarta yang ditunjuk langsung oleh Megawati Sukarno Putri menjelaskan bahwa dalam mempertahankan gedung tersebut banyak pengorbanan, hingga terjadi tumpah darah.
Ditemui usai acara tersebut, Mbah Susilo merasa puas dengan acara tersebut, namun dirinya mengaku belum khitmad, karena hal ini tidak hanya cukup puas saja, karena disini belum benar – benar ideologi nasionalisme belum tertanam pada generasi muda.
“Nasionalime itu tidak bisa diungkapkan tetapi harus dilaksanakan dengan cara kita harus selalu diskusi, temu wicara dan sebagainya. Seperti halnya diskusi tentang Pancasila, roh Pancasila itu dimana? Roh Pancasila adalah gotong royong dan itu harus benar – benar menjiwai sifat kegotong-royongan itu sendiri,” pungkasnya.
“Lalu berbicara tentang Marhaenisme, jangan mengatakan jas merah jas merah. Tapi tidak tahu itu apa, tidak tahu Bung Karno itu siapa. Bung Karno itu sebagai tokoh Proklamator,” tambah Mbah Muslim.(Red)