Seni Budaya

Paguyuban Seni Kanjeng Bei Rasa Menjalankan Ilmu Laku

318
×

Paguyuban Seni Kanjeng Bei Rasa Menjalankan Ilmu Laku

Sebarkan artikel ini

Sragen, HarianForum.com- Pertemuan budaya terjadi pada tanggal 3 Nopember 2020. Bertempat di Bolu Karanganyar Sambungmacan Sragen Jawa Tengah.

Pimpinan Paguyuban Seni Kanjeng Bei bernama Ki Simon Darsono. Nama Simon sebetulnya hadiah dari kakeknya, Ki Gondomariyo. Ingkang eyang adalah seorang dalang sepuh yang berada Kabupaten Sragen. Masih kerabat dengan dalang Ki Gondo Darman, tokoh dalang sabet gagrag Kedung Banteng. Kepada Ki Gondo Darman inilah Ki Manteb Sudarsono belajar sabetan wayang.

Ayah Simon Darsono bernama Ki Purwo Carito. Sebutan Simon cukup membawa popularitas. Simon berarti Si Moncer. Seiring dengan perkembangan zaman, nama Simon Darsono melambung di jagad seni gaya Sragenan. Nabuh gamelan, nembang, dan main wayang dijadikan sebuah profesi. Berarti Simon Darsono melanjutkan tradisi leluhur.

Bapaknya seorang dalang. Kakeknya juga dalang kondang. Darah seni mengalir deras dalsm dirinya. Kacang mangsa ninggala lanjaran.

Sesuai dengan sumpah prasetya, setelah mantu mbubak Ki Simon Darsono mau tetulung. Beliau lantas mau melaksanakan tata cara adat ruwatan. Memang untuk meruwat disaratkan tutun dalang dan pernah mantu.

Dr. Purwadi (kanan). Ki Simon Darsono (kiri).

Sehari hari Ki Simon Darsono turut mengajari pemuda pemudi nabuh gamelan, nembang, ndalang dan pranata cara. Murid muridnya tersebar ke berbagai pelosok.

Rumahnya sangat asri. Pohon pelem talijiwa, jati, pisang, jambe, lantoro, petis, jarak, kates tumbuh rindang. Suara burung ngocok di pang pang pohon membuat ayem tentrem. Depannya hamparan sawah menghijau.

Angin sumilir menemani tim LOKANTARA yang memiliki jadwal dokumentasi seni budaya. Suguhan intip gurih kemruyuk. Turut melengkapi hidangan yaitu gedang kepok godhog. Suasana benar benar ndusun yang ngangeni.

Wayang sekotak ditata rapi. Estetika Jawa sungguh berkharisma. Ki Simon Darsono mahir nyungging wayang. Garapan halus dan berjiwa. Sekali tempo beliau cerita tentang kesenian magis sakral.

Ilmu laku dijalankan di kali ketangga, alas krendha wahana dan gunung lawu. Untuk itu perjalanan tim LOKANTARA diteruskan ke Cemara Kandang Gunung Lawu. Sambil membayangkan Prabu Brawijaya raja Majapahit muksa.

Aura magis Gunung Lawu terasa sekali. Kanjeng Sunan Lawu seolah olah memberi doa restu. Agar jagad sekalir ayu hayu rahayu.

 

(Dr. Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *